TRIBUNBANYUMAS.COM- Bagi yang tinggal di Banjarnegara, pasti sudah tidak asing dengan dawet ayu. Dawet ayu banyak ditemui di Banjanegara tempat dimana minuman ini berasal.
Namun jika ingin mencicipi dawet ayu yang legendaris dan masih eksis, Anda harus berkunjung ke warung Dawet Ayu Hj Munardjo.
Baca juga: Arung Jeram Sungai Serayu di Banjarnegara, Tips dan Harga Paket yang Tersedia
Baca juga: Manisan Carica Khas Banjarnegara Bisa Dibuat di Rumah, Ini Resepnya
Baca juga: Mengulik Asal Usul Dawet Ayu Khas Banjarnegara dan Cara Pembuatannya
Dilansir dari laman Youtube Espegabara warung ini telah dirawat oleh tiga generasi.
Diawali dari pasangan Manuarji dan Marfungah, lalu diteruskan anak kedua mereka yang bernama Siti Hamidah, kini dikelola oleh anak dari Hamidah.
Jadi sudah tiga generasi yang meneruskan minuman yang telah menjadi identitas Banjarnegara.
Sejarah warung Hj Munarjo
Pak Munardjosudah berjualan dawet dari tahun 1938, saat itu usianya masih 15 tahun, ia sudah berjualan dawet secara bekeliling dari desa ke desa dengan membawa pikulan.
“Bapak sudah jualan sejak tahun 1938 dan tahun 1973 sudah membuka toko di jalan veteran. Saya bangga dengan bapak karena orangnya ulet, rajin ibadah, tanggung jawab sehingga dapat menghidupi kami anak cucunya,” ungkap anak pertama Munardjo, Siti Hapsoh.
Siti juga bercerita kalau ayah nya mendapatkan ide jualan karena paman Siti yang menuntun Munardjo untuk belajar resep membuat dawet.
Dilansir dari Kemenpraf, pada tahun 2019 Dawet Ayu Hj Munardjo masuk ke dalam daftar Top 10 kuliner Banjarnegara versi Pesona Indonesia. Selain sejarahnya yang panjang, warung ini dapat terus bertahan karena mempertahankan kualitas rasa.
Menurut Siti Hapsoh demi menjaga kualitas minuman ini, gulanya diambil langsung dari petani di desa. Cendolnya juga dibuat dari pandan asli tanpa pewarna. Santan yang digunakan juga tidak pernah disimpan lama-lama.
Upaya untuk menjaga warisan rasa yang sudah berpuluh tahun terus dirawat oleh anak dan keturunan pendirinya.
Munardjo dan istrinya Marfungah kini sudah meninggal, namun namanya masih terus dikenang selama warung ini berdiri.
Munardjo meninggal pada tahun 1991, sementara istrinya bersama anaknya melanjutkan usaha yang dirintis suaminya sejak muda. Kemudian pada 2022 Marfungah meninggal pada usia 94 tahun.
Sekilas tampak spanduk di depan kiosnya terdapat tulisan 1945, namun angka tersebut merupakan penegasan usia tua penanda legendaris, padahal pendiri warung ini dimulai beberapa tahun sebelum itu.