Menurut Nur, awalnya, kolak gudang hanya dinimati orang-orang di sekitar tempat tinggalnya.
Namun, kini, kolak gudang sudah merambah ke berbagai daerah dengan pemesan dari berbagai kalangan.
"Pemesan ada beberapa dari Semarang, Solo, sampai Jakarta," kata dia.
Baca juga: Empat Anggota DPRD Kudus dari Partai Gerindra Dilaporkan ke Badan Kehormatan, Diduga Buntut PAW
Baca juga: Pertamina Hentikan Sementara Pasokan Pertalite ke SPBU Matahari Kudus, Imbas Layani Pembeli Jeriken
Bagi yang ingin menikmati kolak gudang, sebaiknya memang memesan terlebih dulu.
Apalagi, jika pemesan datang dari luar daerah. Pasalnya, hampir setiap hari, kolak buatan Nur selalu laris terjual.
"Kalau pesanan dari luar daerah maka kami buat lebih kering, supaya bisa bertahan sampai dua hari. Kalau yang biasa kami buat itu hanya bisa bertahan sehari," kata dia.
Kini, dalam sehari, Nur Hayati bisa membuat sampai 500 kreneng kolak gudang.
Satu kilogram kolak gudang dihargai Rp 15 ribu, sementara kalau beli dua kilogram dia hargai Rp 25 ribu.
Dirinya juga menyediakan kolak gudang berbahan baku pisang tanduk atau pisang byar.
Untuk jenis pisang ini, Nur mematok harga Rp 30 ribu per kilogram, mengingat harga pisang lebih mahal dari harga singkong. (*)
Baca juga: Dua Tahun Libur, Pasar Malam di Alun-alun Banyumas Dibuka Lagi. Langsung Diserbu Warga
Baca juga: Main Kuda Lumping, Anggota Satlantas Polres Purbalingga Ajak Pengunjung CFD Tertib Berlalu Lintas
Baca juga: Tak Gentar Masuk Kandang Lawan, Bhayangkara FC Siap Rebut Tiket Semifinal dari PSIS Semarang
Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Minggu 3 Juli 2022: Rp 1.026.000 Per Gram