Ibuprofen dan paracetamol dapat menurunkan demam tubuh dan meringankan gejala-gejala, semisal pusing dan sakit tenggorokan tetapi tidak bisa mematikan virus atau mencegah penularan.
Pemerintah Korut mendirikan bangsal-bangsal darurat untuk isolasi. Selain itu, penyemprotan disinfektan kian intensif di berbagai wilayah.
Korea Utara pertama kali mengonfirmasi lonjakan kasus Covid-19 pada pekan lalu.
Terkait kondisi ini, muncul kekhawatiran kekurangan peralatan medis, obat-obatan, dan vaksin sehingga wabah ini bisa "menjadi petaka" bagi 25 juta penduduknya.
"Saya benar-benar khawatir mengenai berapa banyak orang yang akan meninggal," kata seorang pakar, sebagaimana dilaporkan wartawan BBC News, Thom Poole dan Robert Greenall.
Korea Utara tidak memiliki amunisi yang efektif dalam melawan Covid-19 dan ini menjadi tantangan luar biasa yang harus mereka hadapi.
Rakyat Korut tidak divaksinasi dan dengan asumsi bahwa kasusnya selama ini rendah, itu berarti, mayoritas masyarakatnya belum terpapar Covid-19 sehingga tidak memiliki kekebalan atas virus itu.
Itulah mengapa, muncul kekhawatiran bakal terjadi kematian dalam jumlah besar.
Pengujian Covid-19 juga sangat terbatas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Korea Utara hanya melaksanakan sekitar 64.000 tes sejak awal pandemi.
Sebagai perbandingan, Korea Selatan yang menggunakan strategi tes dan penelusuran kontak untuk mengendalikan wabah, telah melaksanakan 172 juta tes sejak awal pandemi.
Data yang dimiliki pemerintah Korea Utara juga ambigu.
Pada Sabtu lalu, media pemerintah melaporkan setengah juta kasus demam yang tidak bisa dijelaskan.
Itu kemungkinan menggambarkan bahwa Korea Utara kesulitan mengidentifikasi kasus Covid-19, sekaligus menunjukkan skala wabah yang mereka hadapi.
Baca juga: Siap Arungi Liga 2! Mayoritas Skuad Persipa Pati, Muka Lama
Baca juga: Timnas Indonesia Krisis Pemain, Pelatih Shin Tae-yong Akui Ragu Hadapi Malaysia di Perebutan Perak
Baca juga: Korban Tewas Kecelakaan Bus Wisata di Tol Mojokerto Jadi 16 Orang, Korban Terakhir Alami Cedera Otak
Baca juga: Lakukan Penipuan Berkedok Arisan Online, 2 Warga Magelang Ditangkap Polisi. Keuntungan Rp 1 Miliar
Di negara-negara maju sekali pun, Covid-19 bisa menyebabkan sistem kesehatan kewalahan. Korea Utara sangat berisiko mengalami hal ini.
"Sistem kesehatan di sana cukup mengerikan," kata Jieun Baek, pendiri LSM yang memantau Korea Utara bernama Lumen.