"Sistem kesehatannya sangat bobrok. Di luar dua juta orang yang tinggal di Pyongyang, mayoritas penduduk hanya memiliki akses ke layanan kesehatan yang sangat buruk."
Para pembelot dari Korea Utara mengatakan bahwa fasilitas kesehatan menggunakan botol bir untuk menampung cairan infus dan menggunakan ulang jarum suntik sampai berkarat.
Sedangkan untuk masker dan sanitiser, "kita hanya bisa membayangkan betapa terbatasnya itu," kata Baek.
Akankah karantina wilayah berhasil?
Korea Utara telah menerapkan karantina wilayah untuk mengatasi wabah ini.
"Larangan dan penindakan terhadap pergerakan penduduknya akan menjadi lebih ketat," kata Baek memprediksi situasi di Korea Utara.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan bahwa mereka perlu "secara aktif belajar" pada China dalam mengatasi pandemi.
Tetapi, di saat mayoritas negara di dunia telah menerapkan cara hidup bersama Covid-19, China berpegang teguh pada kebijakan nol-Covid.
Pemerintah China bahkan menerapkan karantina wilayah di kota-kota besar dan pusat bisnis semisal Shanghai sekali pun.
Dampaknya, penduduk Shanghai mengeluh bahwa mereka kekurangan makanan dan mendapat perawatan medis yang buruk.
Apabila Korea Utara memberlakukan strategi serupa, para ahli memperingatkan bahwa pasokan logistik dan kebutuhan medis bisa jauh lebih buruk dibanding apa yang terjadi di Shanghai.
Langkah itu juga dikhawatirkan tidak cukup untuk menghentikan penyebaran varian Omicron yang sangat menular.
"Lihat betapa sulitnya Shanghai menghentikan Omicron dan itu benar-benar membuang semua yang bisa mereka bayangkan mengenai wabah," kata epidemiolog dari Universitas Hong Kong, Ben Cowling.
"Di Korea Utara, saya rasa akan sangat sulit untuk mengendalikan ini [wabah Omicron]. Saya akan sangat, sangat khawatir pada titik ini."
Korea Utara juga masih menghadapi persoalan pada produksi pangan.