TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA- Alat bantu penglihatan atau kacamata memiliki fungsi optimal untuk mata jika digunakan terus menerus.
Namun lain halnya dengan alat bantu pendengaran.
Alat bantu bagi orang yang memiliki pendengaran lemah tersebut tidak dianjurkan untuk dipakai terus menerus.
Hal itu diungkapkan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher (THT-KL) Rumah Sakit Islam Banjarnegara (RSI), Supriyo.
Ia meminta masyarakat tidak asal menggunakan alat bantu dengar jika ada keluhan gangguan pendengaran atau tuli.
Baca juga: BREAKING NEWS: Toyota Rush Terjun dan Hantam Rumah di Lumbir Banyumas
Baca juga: Ziarah ke Makam R Djoko Kaiman, Bupati Husein Pesan Ini Kepada Warga Banyumas
Baca juga: Kumpulkan Pendamping PKH di Kebumen, Bupati Tanya Soal Isu Pungli Penyaluran Sembako
Supriyo menegaskan alat bantu dengar berbeda dengan kacamata.
Kacamata jika digunakan terus menerus akan semakin baik.
Berbeda dengan alat bantu dengar, alat ini digunakan hanya saat dibutuhkan saja, untuk membantu komunikasi.
"Filosofinya, alat bantu dengar dengan kacamata itu beda.
Kalau kacamata semakin sering dipakai akan semakin baik.
Kalau alat bantu dengar tidak seperti itu.
Alat ini hanya digunakan saat dibutuhkan untuk membantu komunikasi saja," katanya, Kamis (17/2/2022).
Baca juga: Kecelakaan Bus Vs Truk di Jalan Lingkar Selatan Kebumen, Sopir Sempat Terjepit
Baca juga: Prosesi Palereman Pusaka Hari Jadi ke-541 Banyumas di Pendopo Si Panji Purwokerto
Baca juga: Kasus Aktif Covid di Purbalingga Melonjak Jadi 316 Kasus, Terbanyak di Kecamatan Kalimanah
Selain itu, Supriyo menjelaskan, penggunaan kacamata bagus untuk kedua mata, meskipun yang mengalami gangguan hanya sebelah mata.
Sedangkan untuk alat bantu dengar, kata dia, jika yang mengalami gangguan satu telinga, cukup hanya satu saja yang menggunakannya.
Ia menambahkan, untuk kasus tuli bawaan lahir, maka sulit untuk disembuhkan.
Ini bisa dikarenakan adanya kerusakan pada bagian telinga, baik saat masih dalam kandungan, yang disebabkan virus atau asupan gizi yang kurang saat ibu hamil.
"Kalau tuli bawaan lahir atau kongenital susah sembuhnya.
Solusinya, sekolah di sekolah luar biasa agar mampu berkomunikasi dengan baik.
Dengan komunikasi nonverbal," terangnya.
Ia juga mengharapkan masyarakat meminimalisir penggunaan headset yang terus menerus atau bekerja dengan kebisingan melebihi standar.
Karena hal itu bisa memicu gangguan pada rumah siput di telinga.(*)
Baca juga: Kena Tilang Elektronik di Banjarnegara? Ini Nomor Whatsapp yang Bisa Dihubungi untuk Konfirmasi
Baca juga: Curhat Petani Cabai Banjarnegara: Harga Jual Murah, Pupuk Mahal