Berita Jateng

51 Budaya Jateng Masuk WBTb Kemdikbud. Selain Mendoan, Ada Ebeg Banyumas dan Hik Solo

Penulis: m zaenal arifin
Editor: rika irawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kelompok Banyumas Eling-Eling Society menggelar aksi budaya pementasan Calung dan Ebeg di Alun-alun Purwokerto, Senin (19/10/2020).

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Sebanyak 51 budaya asal Jawa Tengah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selain Mendoan, kesenian Ebeg Banyumas juga masuk daftar penetapan WBTb tersebut. Selain itu, ada pula warung HIK Solo.

Kabid Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng Eris Yunianto mengatakan, penetapan Warisan Budaya Tak Benda itu dilakukan pada akhir Oktober 2021 lalu.

"Jawa Tengah mengajukan 52 calon WBTb namun 51 yang ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda tingkat nasional," kata Eris, dalam keterangannya, Senin (1/11/2021).

Baca juga: Mendoan Banyumas Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Ini Sejarah dan Maknanya

Baca juga: Selamat, Dua Tradisi Warga Tawangmangu Karanganyar Ditetapkan Sebagai WBTB Nasional 2021

Baca juga: Selamat! Desa Cikakak Banyumas Dinobatkan sebagai Desa Wisata Terbaik di Jawa Tengah

Baca juga: Woro Apresiasi Cara Gubernur Jateng Promosi Musisi Lokal, Bikin Gebrakan Lapak Ganjar Musik

Ia menyebut, sebelum dikukuhkan sebagai WBTb, puluhan budaya tersebut telah melalui berbagai tahapan.

Selain berpatokan pada naskah akademik atau dokumentasi, juga berdasarkan penuturan pelaku kebudayaan tersebut.

"Warisan yang ada di Jateng, bisa dalam bentuk tradisi, ritus, seni pertunjukan yang sampai saat ini masih dilaksanakan sebagai bagian dari kekayaan budaya di Jawa Tengah," ujarnya.

Ia menyebut, dengan predikat WBTb yang disandang maka pemerintah dan pelaku kebudayaan wajib melakukan konservasi dan pemeliharaan.

Tujuannya, kebudayaan atau tradisi yang dilakukan terus lestari dan berkembang. Jika tidak, status tersebut bisa saja dianulir.

Itu sesuai Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017 dan Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan tersebut.

Setelah memeroleh predikat WBTb nasional maka suatu budaya atau tradisi tersebut berpeluang diajukan ke Unesco.

Ini seperti halnya Candi Borobudur, batik, atau wayang.

Terhadap budaya-budaya yang telah ditetapkan Unesco maka pemerintah Indonesia, dalam hal ini, wajib melakukan konservasi.

"Kalau sudah ditetapkan, ya menjadi benchmark pada daerah tersebut," imbuhnya.

Baca juga: Bukan Karena Kalah Pilkades, Ini Alasan Mantan Kades Guwo Pati Cabuti Tiang PJU di Wilayahnya

Baca juga: Pengguna Honda, Pakai Aplikasi Motorku X dan Dapatkan Hepigo Poin! Bisa Ditukar Voucher Belanja, Lho

Baca juga: Video Sepeda Motor Terbakar dan Meledak di Banjarnegara, Viral. Pengendara Bawa 10 Tabung Elpiji

Baca juga: Korban Hanyut di Sungai Welo Pekalongan Ditemukan Tak Bernyawa, 4 Km dari Lokasi Kejadian

Dengan predikat ini, ia berharap, mulai dari pemerintah dan pelaku budaya, ikut menyokong lestarinya budaya tersebut.

Nantinya, masing-masing budaya yang ditetapkan sebagai WBTb akan memperoleh surat penetapan yang akan dikirim oleh Kemendikbud.

"Kuncinya, di masyarakat (pelaku budaya). Predikat hanya untuk stimulan, bagi pemerintah, masyarakat dan yang terlibat adalah bagaimana caranya budaya tetap lestari sebagai bagian dari perlindungan budaya. Pengembangannya tugas bersama," papar Eris.

Diketahui, sebanyak 289 obyek budaya di tanah air ditetapkan sebagai WBTb 2021 oleh Kemendikbud.

Sejak tahun 2013, sudah ada 1.528 budaya yang telah ditetapkan sebagai WBTb.

Dari Jawa Tengah, total ada 103 yang telah mendapat predikat tersebut.

Adapun, 51 WBTb asal Jawa Tengah yang ditetapkan Kemendikbud RI di 2021 adalah, Dukutan, Upacara Adat Mahesa Lawung, Mondhosio Pancot, Wayang Othok Obrol, Timlo Solo, serta Grebeg Maulud Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Kemudian, Grebeg Besar Kraton Kasunanan Surakarta, Serabi Notosuman, Sate Kere, Jamasan Meriam Nyai Setomi, Warung HIK Solo, Mendoan Banyumas, Kriya Logam Tumang Boyolali, Tata rias pengantin Wahyu Merapi Pacul Groweng, Ebeg Banyumas, Jamjaneng.

Ilustrasi Hik Solo. (TRIBUNSOLO.COM)

Lalu, Tari Cepetan Alas, Nopia Purbalingga, Braen, Lurik Klaten, Sega Grombyang, Krumpyung Desa Langgar, Wayang Topeng Kedung Panjang, Batik Bakaran Juwana, Upacara Adat Dandangan Kudus, Geguritan Surakarta.

Adapula, Larung Langse Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Tingalan Jumenengan Dalem Sahandap Sampeyen Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Tingalan Jumenengana Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunagoro Puro Mangkunegaran.

Upacara adat Adang Tahun Dal, Santiswara Larasmadya, Cingpoling, Tari Soreng, Pranata Mangsa Surakarta, Bambangan Cakil Surakarta, Grebeg Syawal Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gatotkaca Gandrung, Langendriyan, Jamasan Pusaka Keris Cintoko.

Serta, Srimpi Mondrorini, Gambyong Pareanom, Talang Tawing, Srimpi Ludiramadu, Srimpi Sangupati, Sedekah Hasil Bumi Jlarang, Sate Buntel, Bedhaya Ketawang, Gambyong Retno Kusumo, Tedhak Siten Surakarta, Golek Montro, dan Roti Kecik. (*)

Berita Terkini