TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Sampah masih menjadi persoalan serius bagi masyarakat selama ini.
Sayang, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah masih sangat kurang.
Begitupun masyarakat di wilayah pegunungan.
Kondisi serupa sempat terjadi di hulu Sungai Serayu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, sebelum 2017.
Warga biasa membuang sampah sembarangan, termasuk di sungai.
Padahal sampah di hulu bukan hanya jadi persoalan warga sekitar, namun juga memicu masalah di hilir hingga pesisir.
Baca juga: Begini Kronologi Truk Hantam Tiga Motor di Jalur Tengkorak Kertek Wonosobo, Akibatkan Empat Tewas
Baca juga: Jalur Tengkorak Kertek Wonosobo Kembali Memakan Korban, Empat Tewas Dihantam Truk
Baca juga: 5 Pemuda di Wonosobo Ditangkap Polisi, Jual dan Simpan Bahan Pembuat Petasan
Baca juga: Kesepakatan Warga Desa Kalimendong Wonosobo, Siapapun Halal Sembelih Ayam yang Lepas dari Kandang
Petani di Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar pun sempat ikut merasakan dampaknya.
Sampah yang menumpuk di sungai menghambat usaha pertanian warga.
Pasalnya, air Sungai Serayu selama ini dimanfaatkan petani untuk mengairi lahan pertanian.
Pasokan sampah di desa itu bukan hanya dari rumah tangga, namun juga dari warung atau sektor pariwisata.
Maklum, Patakbanteng selama ini menjadi jujugan para pendaki dari berbagai daerah yang ingin mendaki Gunung Prau.
"Air tidak bisa disedot untuk mengairi lahan karena banyak sampah."
"Petani harus bersihkan sampah terlebih dahulu kalau mau ambil air," kata Dani Setiawan, Ketua KPSM Tunggul Wulung Desa Patakbanteng kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (10/6/2021).
Warga bersama mahasiswa KKN dan Karang Taruna lantas berinisiatif untuk membersihkan sampah di sungai.
Hingga sungai berhasil dibersihkan dari sampah yang menumpuk.