TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Buntil, jenis kuliner yang satu ini terdengar asing di telinga.
Bahkan bagi sebagian masyarakat, terdengar aneh dan unik dari namanya.
Bagi masyarakat Banyumas, buntil adalah makanan yang sangat pas jika disandingkan dengan nasi.
Buntil berasal dari padanan kata 'buntelan diuntil-until' yang artinya bungkusan yang diikat-ikat.
Buntil terbuat dari daun pepaya, daun singkong, atau juga dari daun talas.
Daun-daun itu biasanya dilipat atau dibuntal menjadi sebesar kepalan tangan anak-anak.
Seorang penjual buntil di Pasar Manis Purwokerto, Munifah (49), mengatakan, banyak warga pendatang yang mencari buntil saat ke pasar.
Baca juga: Libur Usai. Yuk, Borong Oleh-oleh Khas Banyumas di Sawangan Purwokerto: Ada Mendoan dan Getuk Goreng
Baca juga: Dijemput Pakai Bus, 23 Warga Danaraja Banyumas Positif Covid-19 dan Dikarantina di Baturraden
Baca juga: Lokawisata Baturraden Banyumas Diserbu Wisatawan H+2 Lebaran, Pengunjung Boleh Masuk Hanya 30 Persen
Baca juga: Hari H Lebaran, Arus Lalu Lintas di Pos Penyekatan Ajibarang Banyumas Lancar. Lonjakan Terasa di H-2
Apalagi, di saat momen Lebaran seperti sekarang ini, dia kebanjiran pesanan buntil.
"Kadang, banyak juga dari luar Banyumas yang beli, akhirnya saya buat, ada yang di frozen, jika ada pesanan yang jauh," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Minggu (16/5/2021).
MUnifah mengaku menjual buntil sejak 1993.
Di momen Lebaran ini, dia bisa membuat sekitar 100 ikat buntil.
Buntil buatannya pun dari beragam daun. Yakni, buntil daun talas, buntil daun singkong, dan buntil daun pepaya.
Dari ketiga jenis buntil tersebut, buntil daun talas memiliki rasa yang lebih lembut dan khas Banyumas.
Akan tetapi, proses pembuatannya harus hati-hati agar tak menimbulkan rasa gatal saat dikonsumsi.
Untuk menghilangkan rasa gatal, setelah dipetik, Munifah menjemur sampai daun menjadi layu.