Berita Jawa Tengah

Operator Karaoke di Bandungan Semarang Ini Rintis Usaha, Sulap Pipa Paralon Jadi Lampu Hias

Penulis: M Nafiul Haris
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sigit Puji Restiyono (36) sedang mengerjakan kap lampu dari bahan pipa paralon di Rumahnya di Dusun Jetak Rt 5/Rw 2, Kelurahan Bandungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jumat (6/11/2020).

TRIBUNBANYUMAS.COM, UNGARAN - Pandemi virus corona (Covid-19) membuat sejumlah usaha pada beberapa sektor terdampak secara ekonomi, tidak terkecuali industri hiburan karaoke.

Apalagi, sejak diberlakukan pembatasan jam operasional dan jumlah pengunjung, penghasilan pekerja secara otomatis mengalami penurunan drastis.

Tidak mau berdiam diri di rumah, Sigit Puji Restiyono (36) warga Dusun Jetak Rt 05 Rw 02, Kelurahan Bandungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang merintis usaha.

Yakni lampu hias berbahan pipa paralon demi menambah penghasilan.

Baca juga: Pesepeda Ditemukan Tewas di Kota Lama Semarang, Pamit ke Keluarga Akan Gowes ke Alun-alun Kauman

Baca juga: KPU Kota Semarang: Kampanye Tetap Berjalan Meski Calon Sedang Sakit, Debat Juga Bisa Diwakilkan

Baca juga: Terima Surat PT LIB, Isinya Justru Bikin PSIS Semarang Makin Pusing Tujuh Keliling

Baca juga: Klaster Baru di Kabupaten Semarang, 13 Warga Getasan Positif Covid-19, Tertular Saat Rias Pengantin

Sigit mengatakan, sebelum membuat usaha kerajinan pipa paralon, dirinya sehari-hari bekerja sebagai operator tempat hiburan karaoke di Bandungan.

"Saya perbulan digaji bersih Rp 1,5 juta."

"Tetapi sejak adanya pandemi, gaji berkurang karena pendapatan tempat bekerja juga menurun."

"Itu lantaran pengunjung dibatasi, termasuk jam operasional," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (6/11/2020).

Menurut Sigit, dalam bisnis lampu hias berbahan pipa paralon terbilang masih pemula.

Sekali produksi dia perhari hanya mampu menghasilkan satu kap lampu siap pakai.

Ia menambahkan, dalam proses pembuatan kap lampu ukir tersebut memanfaatkan pipa paralon berukuran lingkaran 3 sampai 4 inci.

Kemudian sejumlah alat seperti gerenda, amplas, stiker jenis skotlet, cat piloks, dan kayu papan penyangga lampu.

"Inspirasi saya membuat lampu hias dengan motif ukir tokoh atau bunga semula menonton dari YouTube."

"Karena tidak punya penghasilan saat karaoke ditutup, saya mencoba melakukan sesuatu," katanya.

Pihaknya mengungkapkan, awal mula membuat kap lampu dirinya memakai paralon bekas yang diambil dari tempat karaoke.

Semua hanya untuk menghias warung lantaran menganggur di rumah sekadar mengisi waktu luang.

Dia menjelaskan, dalam perjalanannya dia berpikir memproduksi lebih banyak karena banyak peminat.

Sampai sekarang, lanjutnya, telah tersedia puluhan kap lampu hias dengan beragam motif.

"Jumlahnya puluhan yang sudah saya buat."

"Adapun motifnya mulai karakter orang, tokoh kartun, bunga-bunga, kupu-kupu dan sebagainya," ujarnya.

Bapak dua anak tersebut berkata, kerajinan berbahan dasar pipa paralon itu dijual mulai Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.

Setiap bahan baku paralon dengan panjang 4 meter, Sigit dapat menghasilkan 5 hiasan lampu.

Sejauh ini kata dia, yang tersulit adalah membuat kap lampu dengan motif kupu-kupu.

Adapun biaya untuk pembelian bahan baku pembuatan dirinya mengeluarkan biaya Rp 90 ribu.

"Sementara ini penjualan masih manual dari teman ke teman."

"Pembeli terjauh dari Yogjakarta."

"Selama 15 tahun bekerja di industri hiburan karaoke, sampingan saya juga terbiasa melukis tembok jadi lebih mudah," tandasnya. (M Nafiul Haris)

Baca juga: Pemilik Ponpes di Lumbir Banyumas Ditangkap Polisi, Diduga Cabuli Bocah 11 Tahun

Baca juga: Zaki Rizal Juarai Festival Dalang Cilik Banyumas 2020

Baca juga: Kerja Sama dengan PT Linggarjati Berakhir, Pasar dan Terminal Ajibarang Resmi Milik Pemkab Banyumas

Baca juga: Rumahnya Nyaris Roboh, Kasem Perempuan Tuna Netra Asal Banyumas Ini Akhirnya Dapat Bantuan

Berita Terkini