"Hingga sempat zero penjualan, karena produk brownies bukan produk makanan pokok atau kesehatan yang selalu dicari saat ini," jelasnya.
Namun pertengahan Agustus 2020 saat new normal diberlakukan, bisnis pembuatan brownies tempe miliknya kembali menggeliat.
"Sebelum pandemi Covid-19 omset sekira Rp 15 juta perbulan."
"Setelah new normal, Alhamdulillah sekarang menjadi sekira Rp 20 juta per bulan," katanya.
Baca juga: Bakal Ada Dua Ikon Baru di Sekitar Jembatan Bung Karno Purwokerto, Masih Proses DED
Baca juga: Selain Terdata di Aplikasi Jiwang Jigo, Warga Lansia di Banyumas Juga Dipakaikan Gelang Khusus
Baca juga: Anggota Dewan Ikut Kampanye, Bawaslu Kabupaten Semarang: Wajib Ajukan Izin Cuti
Dalam sebulan Irma dapat memproduksi paling tidak 800 hingga 1.000 pack brownies cookies dan 200 hingga 300 boks brownies tempe.
Satu boks brownies tempe dihargai Rp 48 ribu.
Sementara untuk brownies cookies ukuran 90 gram dihargai Rp 20 ribu dan 130 gram Rp 28 ribu.
Irma menceritakan, proses pembuatan brownies tempe sama seperti pada umumnya.
Langkah pertama, tempe mendoan diiris-iris halus kemudian digoreng dan dihaluskan seperti tepung.
Lalu menyiapkan adonan brownies seperti telur, susu, tepung mokaf, coklat block, butter, dan gula diblend menjadi satu.
Setelah itu masukan pula tempe mendoan yang tadi sudah digoreng dan dihaluskan.
Dipanggang dalam oven dengan suhu 180 derajat Celcius selama 20 menit.
Setelah itu diangkat dan beri toping tempe kering juga di atas brownies yang sudah matang tersebut.
"Yang membedakan adalah ada aroma gurih dari tempe dan lembut dari adonan brownies."
"Jadi manis dan gurih," katanya.