Pakar gunung berapi Badan Geologi Kementerian ESDM, Drs Subandriyo MSc menjelaskan fenomena keduanya.
Ia juga menyodorkan analisis erupsi dan mitigasi kebencanaan jika kedua peristiwa itu muncul bersamaan.
“Tidak ada kaitan sama sekali antara meledaknya pandemi Covid-19 dengan meletusnya Gunung Merapi."
"Tidak ada juga bukti abu vulkanik menghambat penyebaran virus, sebagaimana pernah diberitakan lewat media sosial,” kata Subandriyo.
Penyelidik Bumi Madya ini secara khusus menyampaikan ulasannya kepada Tribunjogja.com, Kamis (9/4/2020) malam.
“Tetapi bila dua sumber ancaman ini terjadi secara bersamaan di suatu wilayah, tentu akan mempunyai implikasi yang luas,” lanjutnya.
Subandriyo mengutip bunyi pepatah lama Jawa yang bisa menggambarkan apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat saat ini.
• Mulai Hari Ini Layanan Ojek untuk Angkut Penumpang Menghilang dari Aplikasi Grab dan Gojek
• Di Cilacap Korban Meninggal Positif DBD Capai 3 Orang, Lebih Tinggi dari Wabah Virus Corona
• Kumpulan Kalimat Selamat Paskah dan Jumat Agung untuk Kerabat Saat Laksanakan Ibadah di Rumah
• Rute Purwokerto - Jakarta Dibatalkan, Simak Rincian 44 Kereta yang Dibatalkan Imbas PSSB Jakarta,
“Ana babak nglayoni, jujul anyusuli,” kutipnya terhadap kalimat janturan, terkhusus yang terjadi di wilayah Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kurang lebih artinya ada kejadian penting susul menyusul.
Ia mengurutkan kronologi ketika 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan pandemi Covid-19 masuk Indonesia.
Kemudian 3 Maret 2020 terjadi erupsi Merapi setelah relatif mereda di akhir 2019.
Pandemi Covid-19 berkembang cepat dan meluas, sementara Merapi meletus lagi pada 27 Maret 2020 dan beberapa hari sesudahnya.
( Tribunjogja.com/xna/iwe )
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Penampakan Puncak Merapi Setelah Erupsi Pada Jumat Pagi, Begini Imbauan BPPTKG Yogyakarta,