Merapi Erupsi

Merapi Erupsi Lagi Jumat 10 April 2020, Warganet Sebut Pertanda Wabah Corona Segera Berakhir

Editor: Rival Almanaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Erupsi Merapi 10 April 2020

TRIBUNBANYUMAS.COM, YOGYAKARTA - Gunung Merapi meletus kembali pada Jumat 10 April 2020 pukul 09.10 WIB.

Saat terjadi letusan arah angin menuju ke Barat Laut.

Hal itu sesuai yang dilaporkan BPPTKH Yogyakarta.

Mereka juga menyampaikan erupsi tercatat di seismogram dgn amplitudo 75 mm dan durasi 103 detik.

Beredar Kabar Angin Akan Menyebarkan Wabah Virus Corona, BMKG Sebut Itu Hoaks

Youtuber yang Juga Mahasiswa di Yogyakarta Umumkan Dirinya Positif Corona di Youtube

Di Rumah Aja Cilacap Diguyur Hujan, Simak Prakiraan Cuaca BMKG Jumat 10 April 2020

Berstatus PDP dan Positif Corona, Suami Istri Meninggal Dunia di Hari yang Sama

Teramati tinggi kolom erupsi ± 3.000 meter dari puncak.

BPPTKG Yogyakarta mengimbau, Masyarakat untuk tetap tenang & tidak panik.

Jarak bahaya dalam radius 3 km dari puncak Merapi.

Tingkat aktivitas Waspada (level II).

Jika terjadi hujan abu, mohon kenakan masker dan kacamata saat beraktivitas di luar ruangan.

Sebulan Meletus Sebanyak Enam Kali

Gunung Merapi (2.930 mdpl) sejak akhir bulan lalu sudah meletus sebanyak enam kali.

Pada 27-28 Maret 2020 letusannya bahkan berlangsung empat kali dalam 24 jam.

Percakapan di sejumlah grup-grup media sosial ramai menghubungkan letusan beruntun itu dengan pandemi wabah virus Corona.

Dipercaya letusan itu mampu membunuh virus mematikan yang bergentayangan di kota-kpota sekitar gunung dari abu vulkanik yang disebarkan.

Bahkan muncul foto-foto dan video yang diklaim memunculkan penampakan Semar, tokoh pewayangan yang dipercaya jadi tanda bakal segera berakhirnya wabah ini.

Pakar gunung berapi Badan Geologi Kementerian ESDM, Drs Subandriyo MSc menjelaskan fenomena keduanya.

Ia juga menyodorkan analisis erupsi dan mitigasi kebencanaan jika kedua peristiwa itu muncul bersamaan.

“Tidak ada kaitan sama sekali antara meledaknya pandemi Covid-19 dengan meletusnya Gunung Merapi."

"Tidak ada juga bukti abu vulkanik menghambat penyebaran virus, sebagaimana pernah diberitakan lewat media sosial,” kata Subandriyo.

Penyelidik Bumi Madya ini secara khusus menyampaikan ulasannya kepada Tribunjogja.com, Kamis (9/4/2020) malam.

“Tetapi bila dua sumber ancaman ini terjadi secara bersamaan di suatu wilayah, tentu akan mempunyai implikasi yang luas,” lanjutnya.

Subandriyo mengutip bunyi pepatah lama Jawa yang bisa menggambarkan apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat saat ini.

Mulai Hari Ini Layanan Ojek untuk Angkut Penumpang Menghilang dari Aplikasi Grab dan Gojek

Di Cilacap Korban Meninggal Positif DBD Capai 3 Orang, Lebih Tinggi dari Wabah Virus Corona

Kumpulan Kalimat Selamat Paskah dan Jumat Agung untuk Kerabat Saat Laksanakan Ibadah di Rumah

Rute Purwokerto - Jakarta Dibatalkan, Simak Rincian 44 Kereta yang Dibatalkan Imbas PSSB Jakarta,

“Ana babak nglayoni, jujul anyusuli,” kutipnya terhadap kalimat janturan, terkhusus yang terjadi di wilayah Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kurang lebih artinya ada kejadian penting susul menyusul.

Ia mengurutkan kronologi ketika 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan pandemi Covid-19 masuk Indonesia.

Kemudian 3 Maret 2020 terjadi erupsi Merapi setelah relatif mereda di akhir 2019.

Pandemi Covid-19 berkembang cepat dan meluas, sementara Merapi meletus lagi pada 27 Maret 2020 dan beberapa hari sesudahnya.

( Tribunjogja.com/xna/iwe )

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Penampakan Puncak Merapi Setelah Erupsi Pada Jumat Pagi, Begini Imbauan BPPTKG Yogyakarta, 

Berita Terkini