Berita Jateng

Kenaikan Biaya Daftar Ulang dan Sumbangan Pendidikan Picu Inflasi di Jawa Tengah

Secara tahunan, inflasi Jateng sebesar 2,52%, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,37%.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: khoirul muzaki
Eka Yulianti Fajlin/Tribun Jateng
HARI PENDIDIKAN - Siswa memperingati Hari Pendidikan Nasional di Kelenteng Sam Poo Kong beberapa waktu lalu. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Biaya pendidikan menyebabkan inflasi di Jawa Tengah pada tahun ajaran baru 2025/2026.

Inflasi Jateng pada Juli 2025 tercatat sebesar 0,18 persen secara bulanan. Angka itu lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,24?n dari inflasi nasional sebesar 0,30 .

Secara tahunan, inflasi Jateng sebesar 2,52%, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,37%.

Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jateng mengalami inflasi. Kota Tegal mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 0,41%.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah (BI Jateng), Rahmat Dwisaputra mengatakan, inflasi pada Juli 2025 terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga pada kelompok pendidikan dengan andil: 0,09% secara bulanan seiring dengan tahun ajaran baru 2025/2026 yang dimulai pada pertengahan Juli 2025.

"Komponen penyumbang inflasi pada kelompok tersebut antara lain berasal dari biaya sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah dasar, dan taman kanak-kanak," sebutnya, Rabu (6/8/2025).

Dia melanjutkan, kelompok pendidikan menjadi penyumbang seiring dengan kenaikan biaya pendaftaran ulang maupun kenaikan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) di sebagian sekolah.

Selanjutnya, peningkatan tekanan inflasi disumbang oleh kelompok transportasi dentan andil: 0,03 persen secara bulanan seiring dengan kenaikan harga bensin non subsidi.

PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bensin pada awal Juli 2025 sejalan dengan perkembangan harga crude oil di pasar internasional.

Perubahan harga tersebut antara lain terjadi pada Pertamax meningkat 3,31%, Pertamax Turbo meningkat 3,45%, Pertamax Green 95 meningkat 3,52%, Dexlite meningkat 4,55% secara bulanan.

Selain itu, peningkatan harga juga terjadi pada kelompok nakanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,03% secara bulanan.

"Beberapa komoditas pangan strategis yang menjadi penyumbang inflasi utama antara lain beras, bawang merah, dan cabai rawit," bebernya.

Baca juga: Lowongan Petugas Haji 2026 Sudah Beredar, Ini Kata Kemenag

Menurut Rahmat, beras kembali menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar dalam dua bulan berturut-turut. Masa panen gadu yang masih sporadis belum mampu menurunkan tekanan harga beras. Namun, besaran andil inflasi harga beras pada Juli hanya sebesar 0,04% secara bulanan. Angka tersebut lebih rendah dari Juni 2025 sebesar 0,05%.

Kenaikan harga beras telah diantisipasi oleh penyaluran beras SPHP oleh Bulog Jateng yang menargetkan penyaluran beras SPHP sebesar 12.651,44 ton hingga akhir Juli 2025 dari total alokasi beras SPHP sebesar 168.686 ton untuk tahun 2025.

Sementara itu, di peningkatan harga bawang merah dan cabai rawit disebabkan pasokan yang cenderung terbatas seiring dengan cuaca yang kurang kondusif.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved