Eksploitasi Anak Purwokerto

Eksploitasi Anak di Dekat GOR Satria Purwokerto: Datang Malam Diantar Orang Dewasa, Jajakan Kerupuk

Kompleks GOR Satri Purwokerto seolah jadi tempat kerja sejumlah anak. Dipantau orang dewasa, mereka menawarkan kerupuk kepada pengunjung lapak PKL.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
EKSPLOITASI ANAK - Seorang anak berjalan di belakang seorang wanita untuk berjualan jajanan di komplek GOR Satria Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2025) sore. Anak kecil itu menyusuri jalan sambil membawa kantong plastik berisi kerupuk yang ditawarkan kepada warga yang ditemui. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Seorang anak kecil menyusuri jalan di antara lapak pedagang kaki lima (PKL) di kawasan GOR Satri Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2025) sore.

Di pundaknya tergantung plastik besar berwarna ungu, berisi kerupuk yang ditawarkan kepada orang-orang yang ditemui.

Langkahnya pelan, kadang ragu sambil malu-malu. 

Di depannya tampak seorang perempuan dewasa yang dimungkinkan sang ibu.

Wanita tersebut berjalan tanpa suara.

Meski membiarkan sang anak melipir dari satu titik ke titik lain menawarkan dagangan, sesekali dia terlihat mengawasi.

Baca juga: Pengawas Tunggu di Motor, Warganet Rinci Praktik Eksploitasi Anak Viral di GOR Satria Purwokerto

Anak itu sempat masuk ke sebuah swalayan modern, menghampiri pengunjung yang duduk santai di bangku depan. 

Dengan suara pelan, ia menawarkan kerupuk yang dibawa. 

Namun, tak satu pun pengunjung menyambut. 

Anak itu hanya bisa termenung. 

Dagangannya masih utuh, seolah hari itu baru dimulai, namun semangatnya sudah setengah padam.

Fenomena ini bukan kali pertama terlihat. 

Pengamatan Tribunbanyumas.com, hampir setiap malam, kawasan GOR Satria menjadi tempat "kerja" bagi sejumlah anak-anak usia sekolah dasar. 

Mereka menjajakan makanan ringan, semisal kerupuk, peyek, atau makanan kering lain.

Mereka menyusuri jalan dan mendatangi lapak-lapak PKL yang berdiri di sepanjang jalan depan GOR Satria Purwokerto.

Rizky Dian (27), seorang pengunjung warung Lamongan, mengungkapkan keprihatinannya.

"Mereka tidak semestinya jualan."

"Usia segitu mestinya buat belajar dan main. Bukan malah disuruh jualan sampai malam, kasihan," ucapnya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu malam.

Diduga dari Daerah Pinggiran

Seorang petugas parkir di area GOR Satria, sebut saja TM, menyebut, hampir tiap malam ia melihat kelompok anak-anak kecil datang berjualan.

"Ada yang kelas 1 sampai kelas 5 SD."

"Rata-rata, datang jam 8 malam."

"Orangtuanya cuma nganterin barang, lalu diam aja, gak ikut jualan," terangnya.

Menurut TM, anak-anak itu bukan warga asli Purwokerto

Ia menduga, mereka datang dari daerah pinggiran, mungkin untuk membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

"Yang saya lihat, ada lima anak laki-laki dan tiga perempuan."

"Ada yang kakak-adik. Kadang cuma dua anak yang ditemani orangtuanya, sisanya dibiarkan jualan sendiri," tambahnya.

Di depan SMK Negeri 1 Purwokerto, cerita serupa juga muncul. 

Seorang warga, lewat jalur aduan, mengungkap, hampir tiap kali ia makan bakso sepulang kerja, selalu ada anak kecil datang menghampiri sambil menawarkan kerupuk. 

Waktu sore, wajah anak-anak itu sudah tampak lelah.

Fenomena ini memunculkan dilema. 

Di satu sisi, masyarakat yang melihat merasa iba. 

Namun, di sisi lain, kegiatan ini mengarah pada bentuk eksploitasi terhadap anak.

Baca juga: Mau Jualan di Pasar Minggu GOR Satria Purwokerto? Ternyata Izinnya Bukan ke Dinas

Menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, menyuruh, atau turut serta menyuruh anak untuk bekerja, yang mengakibatkan anak mengalami kekerasan atau eksploitasi.

Anak-anak tersebut memiliki berhak bermain, belajar, dan tumbuh dalam lingkungan yang layak. 

Namun nyatanya, waktu sore hingga malam mereka dihabiskan di jalan untuk menawarkan makanan ringan yang kadang tak laku terjual.

Pemandangan ini bukan sekadar potret kemiskinan tetapi juga cermin lemahnya pengawasan dan gagalnya sistem perlindungan anak dalam konteks lokal. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved