Berita Jateng
Masih Lebat Hutan Jati, Grobogan Salah Satu Penyumbang Pangan Terbesar di Jawa Tengah
Grobogan merupakan kabupaten yang punya peran penting dalam menjaga ketahanan nasional, karena menjadi produsen padi unggulan di Jateng.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mempertahankan Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan sebagai lumbung padi.
Dua wilayah tersebut merupakan daerah lima besar lumbung padi Jawa Tengah, masing-masing mempunyai pangsa sebesar 7,98 persen dan 10,12 persen dari produksi padi di Jawa Tengah. Namun demikian, pada Semester I 2025, kedua wilayah itu memiliki tantangan dan permasalahan yang diakibatkan banjir sebagai dampak curah hujan tinggi dan sedimentasi di saluran irigasi.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengatakan, total produksi padi Jawa Tengah pada 2024 sebesar 8.891.297 ton gabah kering giling (GKG) dan memberikan kontribusi nasional terbesar kedua sebesar 16,73 persen setelah Jawa Timur.
Grobogan merupakan kabupaten yang punya peran penting dalam menjaga ketahanan nasional, karena menjadi produsen padi unggulan di Jateng.
"Kabupaten ini menyumbang hampir 10 persen dari kontribusi pangan Jawa Tengah. Maka, lahan pertanian yang sudah masuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus kita pertahankan. Tidak boleh dialihfungsikan," tegas Taj Yasin saat menyerahkan bantuan di Sukorejo, Tegowanu, Grobogan, Kamis (3/7/2025).
Tercatat, seluas 787 hektare sawah di Kabupaten Demak dan 252 hektare sawah di Kabupaten Grobogan tergenang banjir.
Oleh karena itu, perlu upaya untuk mempertahankan Demak dan Grobogan menjadi lumbung padi di Jateng.
"Permasalahannya banyak. Perlu menurunkan kampus yang punya ilmu tentang menanggulangi hama. Gagal panen bukan satu-satunya karena banjir tetapi ada hama tikus," sebutnya.
Baca juga: Ritual Penggantian Luwur Baru Makam Sunan Kudus, Dibuat Selama 4 Hari
Selain itu, lanjut dia, sedimentasi juga menjadi persoalan. Sedimentasi yang dulu perlu pengerukan setelah kurun waktu 10 tahun, kini tiga tahun harus dilakukan pengerukan.
Di sisi lain, banjir di wilayah Grobogan tidak lepas dari wilayah hulu. Maka, penanaman kembali di wilayah hulu harus dilakukan.
Sementara itu, Bupati Grobogan, Setyo Hadi menjelaskan, banjir yang terjadi pada pertengahan Mei 2025 telah merusak 373 hektare sawah dan 15 hektare tembakau di Kecamatan Tegowanu. Tanaman padi yang masih berusia 25–30 hari terendam dan mengalami puso. Sebanyak 439 rumah warga juga terdampak.
“Titik jebol di Sungai Renggong sudah selesai diperbaiki, dan sejumlah tanggul kritis lainnya masih dalam proses,” jelasnya.
Setyo menegaskan, Grobogan adalah daerah terluas kedua di Jawa Tengah dengan potensi pertanian mencapai 124 ribu hektare. Komoditas unggulannya meliputi padi, jagung, kedelai, bawang merah, pisang, tebu, dan tembakau.
“Bantuan ini bukan hanya dukungan moril, tapi harapan nyata bagi kami untuk bangkit demi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani,” ucapnya. (eyf)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.