Berita Jateng
Sidang Kasus PPDS Undip Ungkap Ada Dugaan Pungli Berkedok BOP
Para mahasiswa PPDS lintas angkatan sejak tahun 2018-2023 sebenarnya merasa keberatan, tertekan dan khawatir atas iuran yang diwajibkan oleh terdakwa
Penulis: iwan Arifianto | Editor: khoirul muzaki
"Data Excel tidak ada (tertulis untuk TEN) kalau buku catatan saya tidak pernah lihat," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Sandhy Handika membacakan dakwaan terhadap ketiga terdakwa.
Dalam dakwaan terhadap dua terdakwa TEN dan SM, jaksa menyebut, perbuatan para terdakwa adalah tindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal 368 ayat 2 KUHP juncto pasal 64 ayat 1 KUHP.
Para tersangka dijerat pasal tersebut lantaran diduga telah melakukan pungutan biaya operasional pendidikan (BOP) sebesar Rp80 juta peorang.
Aksi pungutan tersebut tidak memiliki dasar hukum yang sah selama pengumpulan dan pemanfaatan dana BOP tersebut.
Biaya resmi PPDS anestesi dan terapi intensif unimed telah ditetapkan dalam keputusan Rektor Unimed Nomor 483/UN7.TP/HK/2022, sehingga tindakan keduanya disebut merupakan pungutan liar (pungli).
"Terdakwa dr. TEN secara konsisten menyatakan bahwa setiap residen atau mahasiswa PPDS semester 2 ke atas wajib membayar iuran BOP sampai dengan sebesar kurang lebih Rp 80 juta per orang," ujar Sandhy.
Sandhy melanjutkan, uang tersebut diklaim untuk memenuhi keperluan proposal tesis, konferensi nasional, ujian CBT (ujian komputer), jurnal reading dan publikasi ilmiah serta kegiatan lainnya.
Para mahasiswa PPDS lintas angkatan sejak tahun 2018-2023 sebenarnya merasa keberatan, tertekan dan khawatir atas iuran yang diwajibkan oleh terdakwa TEN.
Namun, para mahasiswa takut untuk melawan. Mereka tak berdaya karena melihat posisi Eko sebagai Kaprodi.
Eko juga menciptakan persepsi ketika lancar bayar BOP maka lancar dalam proses pendidikan.
Baca juga: 3 Hutan di Banjarnegara yang Masih Dihuni Harimau, Jarang Dijamah Manusia
"Hal itu ditekankan TEN pada pertemuan dengan para bendahara angkatan," katanya.
Taufik juga diduga dalam mengumpulkan dana BOP residen menunjuk bendahara utama residen untuk mengkoordinir pengumpulan dana dari para mahasiswa.
Selepas terkumpul dana disetor ke terdakwa lainnya yakni SM. Oleh dia, uang dimasukan ke dalam rekening pribadi atas nama dirinya.
"Terdakwa SM menerima dana dari berbagai bendahara angkatan dan bendahara utama secara tunai dengan jumlah total mencapai Rp 2,49 miliar," ungkap Sandhy.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.