Lipsus Pasar Manis
Tak Laku 3 Hari Berturut, Pedagang di Pasar Manis Purwokerto: "Umur Sudah Segini, Tak Bisa Online"
Kisah pilu Pangkun (61) dan Priyo (52) mewakili puluhan pedagang pasar di Purwokerto yang omzetnya anjlok drastis akibat gempuran belanja online.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO – Wajah modern Pasar Manis Purwokerto yang kini berdiri megah berlantai dua ternyata tak mampu membendung arus zaman.
Di balik gedungnya yang lebih tertata, tersimpan kisah pilu para pedagang pakaian sepuh yang semakin terdesak oleh gempuran belanja online.
Omzet mereka anjlok drastis, menyisakan tanya, "kuat sampai kapan?"
Baca juga: Beda Nasib Pedagang di Pasar Wage Purwokerto: Satu Cuan Live TikTok, Lainnya Pasrah Tunggu Pembeli
Salah satu potret perjuangan itu datang dari Pangkun (61).
Pria yang telah berjualan pakaian di pasar ini sejak 1998, jauh sebelum direvitalisasi, merasakan betul pukulan telak dari perubahan pola belanja masyarakat.
Hari-hari yang dulu menjadi andalan untuk meraup untung, kini justru sepi tak berpenghuni.
"Bahkan ya Mas, di hari yang biasanya rame seperti Jumat, Sabtu, dan Minggu, sekarang malah sepi. Pengaruhnya ya karena orang sekarang beli baju bisa lewat online," keluh Pangkun saat ditemui di kiosnya di lantai dua, Senin (9/6/2025).
Penurunan omzetnya begitu drastis.
Jika dulu ia bisa mengantongi hingga Rp700 ribu sehari, kini mendapatkan Rp200 ribu saja sudah sangat sulit.
Padahal, beban hidup tak berkurang, ia masih harus membiayai kuliah sang anak.
"Sekarang paling cuma buka sampai jam 12 siang, karena kalau sudah siang makin sepi, Mas," imbuhnya pasrah.
Nasib serupa dialami Sunarto (74), pedagang lain di lantai satu.
Di usianya yang senja, ia mengaku tak hanya tak mampu bersaing, bahkan untuk sekadar menggunakan ponsel pun ia masih kebingungan.
"Pegang HP saja bingung, apalagi kalau harus jualan online. Gak bisa saya. Umur sudah segini," ucapnya lirih.
Kondisi lantai dua Pasar Manis menjadi saksi bisu dari kelesuan ini.
Dari puluhan kios yang ada, kini hanya tersisa sekitar enam pedagang pakaian yang masih bertahan, itu pun sebagian sering tutup.
Harapan mereka sederhana, seperti usulan Pangkun, "Kalau bisa, di Pasar Manis itu ada pengeras suara atau pengumuman gitu jadi kalau di atas ada yang jualan baju. Jadi pembeli diarahkan juga."
Sebuah harapan kecil di tengah ketidakpastian yang kian besar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.