Haji dan Umrah

Kisah Penjual Es Dung asal Grobogan Naik Haji, Tak Ada Perjuangan yang Sia-sia

Tahun ini, impian yang mereka simpan rapi dalam hati selama belasan tahun akhirnya menjadi kenyataan, berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan haji.

fachri/tribunbanyumas.com
NAIK HAJI - Sukahar dan Ngatminatun, warga Desa Kaliwenang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, menceritakan kisahnya bisa naik haji setelah menabung dari hasil berjualan es dung. Kisah Sukahar dan Ngatminatun adalah pengingat bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia. (TRIBUN/FACHRI) 

TRIBUNBANYUMAS.COM, GROBOGAN - Di sebuah sudut Desa Kaliwenang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, senyum bahagia tak bisa disembunyikan dari wajah pasangan suami istri Sukahar (62) dan Ngatminatun (59).

Tahun ini, impian yang mereka simpan rapi dalam hati selama belasan tahun akhirnya menjadi kenyataan, berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.

Siapa sangka, langkah mereka menuju Baitullah bukan dilalui dengan kemewahan, tetapi ditempa dari ketekunan, kesabaran, dan perjuangan panjang menjajakan es dung atau minuman dingin khas yang kerap dijajakan keliling menggunakan gerobak.

Baca juga: Bupati Sadewo Titip Pesan saat Melepas 1.305 Jemaah Calon Haji 2025: Doakan Banyumas Makin Makmur

"Senang sekali bisa naik haji tahun ini," ucap Sukahar penuh haru saat ditemui Tribun di rumahnya, Jumat (25/4/2025).

Kisah ini bukan sekadar soal keberangkatan ke tanah suci, melainkan tentang keyakinan bahwa mimpi bisa terwujud meski dengan cara yang sederhana.

Sukahar dan Ngatminatun mulai menabung dari hasil jualan es dung sejak tahun 2010.

Setiap hari, Sukahar menyisihkan keuntungan dari jualannya, antara Rp40 ribu hingga Rp60 ribu.

Baca juga: Penantian 13 Tahun, Siti Nurhayati Tak Sabar Jalani Ibadah Haji 2025 Bersama 1.304 warga Banyumas

Dua tahun kemudian, mereka resmi mendaftar haji.

"Tahun 2010 saya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit setelah itu tahun 2012 saya bisa mendaftar haji," kata Sukahar.

"Saya setiap pulang dari jualan menabung Rp40 ribu, kadang Rp60 ribu. Sisanya untuk belanja dan modal jualan es dung," kenangnya.

Berjualan Es Dung Sejak 1987

Perjalanan Sukahar dengan es dung dimulai jauh sebelum itu.

Sejak 1987, ia telah berjualan es dung di Jakarta.

Namun, pada 2010, ia memutuskan kembali ke kampung halaman.

Baca juga: 208 Jemaah Asal Jepara Gagal Berangkat Haji 2025, Mayoritas Alasan Ekonomi

Pilihannya untuk melanjutkan usaha di desa tak disangka malah membawa berkah.

Dagangannya laku keras, hingga kini Ia memiliki empat gerobak es dung, yang dijalankan bersama rekan-rekannya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved