Berita Banjarnegara
Tekad Remaja Korban Bullying hingga Putus Sekolah, Enop Kini Sukses Jadi Juragan Ternak
Memori buruk tentang penganiayaan yang dialaminya saat masih duduk di bangku Sekolah dasar (SD) tak akan pernah hilang.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rustam Aji
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA- Enop Adi Wahidin, remaja asal RT 003 RW 006 Desa Prendengan, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, sukses menjadi peternak.
Dari awalnya merawat 4 ekor kambing, kini Enop sudah memiliki sekitar 60 ekor kambing dengan nilai aset ratusan juta rupiah.
Tapi siapa sangka, di balik kesuksesannya itu, dia menyimpan masa lalu suram sebagai anak-anak.
Memori buruk tentang penganiayaan yang dialaminya saat masih duduk di bangku Sekolah dasar (SD), masih terngiang di benaknya.
Saat itu, kepalanya dihantam gagang sapu oleh temannya hingga terluka parah.
Ironisnya, insiden itu bukan yang pertama.
Berulang kali ia mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya.
Baca juga: Mengais Rizki dari Butiran Padi, Kisah Sang Penjaga Pangan Merawat Tradisi Bertani
Ia selalu jadi target pemukulan. Tubuhnya yang kecil tak berdaya melawan 'geng' sekolah yang suka main keroyokan.
“Saya dihadang, dikeroyok, dilempar pakai sapu. Saya bisa saja melawan meski saya sendiri dan kecil, tapi tidak boleh sama bapak,” katanya, Kamis (17/4/2025).
Ayah Enop, Surih Hardiyono mengetahui anaknya jadi korban perundungan.
Tapi ia selalu meminta putranya bersabar, tak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan.
Enop tahu diri lahir dari keluarga tak punya. Sedangkan mereka yang menganiayanya dari keluarga berada.
Tapi lama-lama ia tak tahan. Meski Enop tetap tak melawan. Ia akhirnya memutuskan untuk tak melanjutkan pendidikan.
Perlakuan kasar yang bertubi-tubi diterima membuat anak itu trauma. Jika ini terjadi terus-terusan, bukan hanya tubuhnya yang babak belur, mentalnya juga bisa hancur.
Baca juga: Laptop di Kantor Dinperinaker Blora Digasak Maling, Nekat Beraksi Siang Hari
Ia takut kejadian itu berulang di sekolah lanjutan. Daripada tersiksa fisik dan mental, Enop memilih mengubur cita-citanya mengejar pendidikan.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.