UMKM Banjarnegara

Sentra Bata Panggisari Banjarnegara Berkembang Ikuti Zaman: Gunakan Mesin Pres Hingga Dijual Online

Sentra batu bata di Desa Panggisari, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, berkembang mengikuti zaman. Menggunakan mesin pres hingga pemasaran online.

Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/FARAH ANIS RAHMAWATI
JEMUR BATU BATA - Pengrajin batu bata di Desa Panggisari, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menjemur bata yang telah dicetak, Jumat (7/2/2025). Memulai usaha sejak puluhan tahun lalu, sentra kerajinan batu bata Panggisari berkembang menyesuaikan zaman, mulai memanfaatkan mesin press hingga pemasaran secara online. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Deretan gubuk pembuatan batu bata menjadi pemandangan saat memasuki Desa Panggisari, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Terlihat sejumlah pekerja sibuk membuat batu bata di gubuk-gubuk tersebut.

Batu bata telah menjadi industri yang menjadi mata pencaharian warga Panggisari.

Sudah puluhan tahun desa ini menjadi sentra pembuatan batu bata.

"Ya, sudah 50 tahun lebih kalau (pembuatan) bata di Desa Panggisari. Dan mungkin sudah jadi rezekinya warga sini ya, di batu bata ini," kata Darno, satu di antara perajin batu bata di Panggisari, saat ditemui di gubuk produksi, Jumat (7/2/2025).

Baca juga: Pohon Trembesi Roboh di Jalur Wonosobo-Banjarnegara Leksono, 2 Pemotor Terluka

Hal senada disampaikan Sopyan, seorang pekerja pembuat batu bata.

Mereka pun mengalami perkembangan pembuatan batu bata dari manual hingga kini menggunakan mesin pres.

"Sekarang ya semuanya hampir menggunakan mesin pres, yang manual sudah jarang," tambahnya. 

Selain perorangan, tempat usaha batu bata ini juga dimiliki kelompok usaha.

Setiap usaha memiliki pekerja mulai dari 2-3 orang, hingga yang besar memiliki 10 pekerja.

Dipengaruhi Faktor Cuaca

Darno mengatakan, pembuatan batu bata melewati proses panjang.

Dimulai dari pencampuran bahan baku, pencetakan, pengeringan, hingga pembakaran.

Proses pengeringan memakan waktu paling lama. Pasalnya, para perajin mengandalkan cuaca untuk membuat bakal batu bata yang telah dicetak tak lagi mengandung air.

Baca juga: Sempat Hilang, Warga Wanayasa Banjarnegara Ditemukan Meninggal di Gunung Luang

Sementara, untuk menciptakan batu bata berkualitas baik, mereka harus memastikan proses pembakaran berlangsung sempurna.

"Iya, ini dibakar biar batu batanya itu berwarna merah. Selain itu, biar batu batanya juga lebih kuat," ungkap Darno. 

Darno mengatakan, saat cuaca bersahabat, batu bata yang dihasilkan bisa lebih banyak.

Saat itu, dia bisa mengantongi keuntungan hingga Rp2 juta per bulan.

Sementara, menurut Sopyan, tiap hari, tempat usahanya bisa mengirim sekitar 7.000 batu bata ke pembeli.

Namun, akan berkurang jika cuaca tak mendukung.

Saat ini, batu bata produksi Desa Panggisari sudah dipasarkan secara online.

Itu sebabnya, mereka tak hanya memenuhi kebutuhan warga lokal Banjarnegara tetapi telah memasok ke daerah tetangga, semisal Brebes, Pekalongan, juga Yogyakarta. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved