Berita Wonogiri

Jaga Makam 40 Hari Masih Bertahan di Wonogiri, Keluarga Tak Ingin Jenazah Dicuri untuk Pesugihan

Warga Giriwoyo, Wonogiri, rela menjaga makam orang terdekat yang meninggal di hari-hari tertentu penanggalan Jawa untuk mencegah pencurian jenazah.

Editor: rika irawati
TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti
Warga menunggu makam kerabat yang meninggal di permakaman di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Jateng). Penjagaan ini dilakukan terhadap makam kerabat yang meninggal di hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon dalam penanggalan Jawa untuk menghindari pencurian jenazah yang dipercaya untuk ilmu hitam. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOGIRI - Warga Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Jateng) rela menjaga makam orang terdekat mereka yang meninggal di hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, selama 40 hari 40 malam.

Tradisi ini dilakukan untuk mencegah pencurian mayat dan barang-barang yang turut dikubur, untuk pesugihan atau ilmu hitam lain.

Saat menunggu makam, bahkan mereka membangun panggung yang muat beberapa orang, dilengkapi lampu cukup terang dan fasilitas lain.

Tujuannya, penjaga bisa tetap terjaga dan waspada akan aksi pencurian.

"Tradisi itu merupakan kepercayaan yang diyakini sebagian besar orang Jawa, bahwa meninggal di Selasa Kliwon itu memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu."

"Akan menjadi sasaran para penganut ilmu hitam, pencari pesugihan untuk mengambil bagian-bagian dari jenazah yang meninggal di hari-hari tersebut," kata Cahyo, satu di antara warga Giriwoyo, pekan lalu.

Baca juga: Mengamuk seusai Rekonstruksi, Massa Bakar Rumah Pelaku Pembunuhan Janda di Slogohimo Wonogiri

Cahyo pun masih memegang tradisi tersebut.

Saat ditemui, Cahyo tengah mendapat giliran menunggui makam mendiang ayah yang meninggal di hari Selasa Kliwon sekitar dua pekan lalu.

Namun, menurut Cahyo, ada juga warga yang hanya menunggu selama 7 hari 7 malam.

"Kami memutuskan untuk menjalankan ritual tradisi yang sudah berjalan. Idep-idep (hitung-hitung) berbakti kepada orangtua, menjaga makam dari kemungkinan buruk yang bisa terjadi," kata Cahyo.

Ia menjelaskan, makam ayahnya itu ditunggui selama 24 jam nonstop setiap hari.

Selain pihak keluarga, Cahyo juga meminta bantuan tetangga dan kerabat lain untuk bergantian ikut menjaga.

Ada empat orang yang dikhususkan menjaga makam selama 40 hari penuh, sejak jenazah dimakamkan.

"Kami melibatkan empat orang yang pokok menunggu. Kami kasih uang lelah, keluarga dibantu dengan tetangga."

"Makan dan minum disiapkan, makam tidak ditinggal sama sekali sejak dimakamkan sampai 40 hari," terangnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved