Berita Blora

5.895 Anak di Blora Tak Sekolah, Masalah Ekonomi dan Jarak Jauh ke Sekolah Jadi Pemicu

Masalah ekonomi dan jauhnya jarak permukiman ke sekolah menjadi dua di antara pemicu anak tidak sekolah di Blora.

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: rika irawati
FREEPIK/JCOMP
ILUSTRASI anak putus sekolah karena memulung. Disdik Kabupaten Blora mencatat, ada 5.895 anak usia sekolah di wilayah tersebut yang tidak sekolah, di antaranya karena masalah ekonomi atau jarak ke sekolah cukup jauh. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Masalah ekonomi dan jauhnya jarak permukiman ke sekolah menjadi dua di antara pemicu anak tidak sekolah di Blora.

Secara keseluruhan, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blora mencatat, ada 5.895 anak usia sekolah di Blora yang tidak sekolah.

"Yang paling banyak, alasan ekonomi. Ada juga anak-anak yang sudah bekerja membantu orangtua."

"Kemudian, akses ke sekolah jauh, terutama anak-anak yang tinggal di pinggir hutan."

"Ada juga anak yang malas berpikir, terpengaruh lingkungan, seperti anak jalanan atau anak punk, juga karena orangtua belum peduli pada pendidikan anak," jelas Kepala Disdik Blora Sunaryo, kepada wartawan, Kamis (2/5/2024).

Sunaryo mengatakan, angka anak tidak sekolah di Blora lebih rendah dari dua kabupaten tetangga, yakni Grobogan dan Pati.

"Di Grobogan dan Pati itu angka anak tidak sekolah-nya lebih tinggi. Di Grobogan, anak yang tidak sekolah mencapai 18 ribu dan di Pati, ada 20 ribu," imbuhnya.

Baca juga: Dihibahkan, Eks Lapangan Golf Blora Bakal Jadi Kantor BNN dan Tempat Rehabilitasi Pecandu Narkoba

Kendati demikian, Sunaryo akan tetap berupaya menekan angka anak tidak sekolah di wilayahnya.

"Kami melakukan beberapa langkah, di antaranya lewat Sistem Informasi Layanan Anak Tidak Sekolah (SILAT),"

"Jadi, kami sudah tahu datanya, namanya siapa, rumahnya di mana, yang itu nanti akan kami intervensi, diajak ke sekolah lagi," jelasnya.

Baca juga: Harga Bawang Merah di Blora Tembus Rp40 Ribu Per Kg, Petani Berharap Harga Tak Anjlok saat Panen

Ada beberapa pilihan bagi mereka kembali ke bangku sekolah, baik sekolah formal maupun nonformal.

"Kalau mereka mau ke sekolah formal, nanti bisa masuk sekolah formal."

"Tetapi, kalau mereka tidak mau, ya bisa ke sekolah nonformal, program kesetaraan, seperti ikut paket B, paket C, di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)," terangnya. (*)

Baca juga: Istri Mantan Bupati Banyumas Mantap Ikut Pilkada, Erna Husein Ambil Formulir Bakal Cabup di PDIP

Baca juga: Ambulans PKS Tabrak Truk di Tol Batang-Semarang, Sopir Meninggal

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved