Perang Palestina Israel

Warga Gaza Menyambut Idulfitri 2024 di Tengah Ancaman Kelaparan

Warga gaza harus menghadapi kenyataan pahit menjelang Idulfitri 2024, Rabu (10/4/2024).

Editor: rika irawati
TRIBUNNEWS/AFP
Seorang pria memilih lentera Ramadan di Kota Gaza pada Jumat (8/3/2024), di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan militan Hamas. Muslim di Gaza menyambut Idulfitri 2024 di tengah ancaman kelaparan. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, JALUR GAZA - Warga gaza harus menghadapi kenyataan pahit menjelang Idulfitri 2024, Rabu (10/4/2024).

Saat pulang ke rumah dari pengungsian, untuk mempersiapkan Lebaran 2024, mereka mendapat rumahnya rusak dan tinggal puing-puing.

"Saya datang untuk melihat rumah saya, hanya untuk menemukan rumah saya hancur dan menjadi tumpukan puing-puing," kata Ummu Ahmad al-Fagawi setelah kembali ke Khan Younis dari Rafah, Selasa (9/4/2024).

Ahmad terkejut melihat kondisi yang disebabkan serangan Israel tersebut.

"Saya terkejut dengan apa yang saya lihat. Semua rumah hancur, bukan hanya rumah saya tetapi juga semua rumah tetangga," ucap Ahmad, dikutip dari Kantor berita AFP, Selasa.

Pengungsi lain mengatakan, dirinya kembali untuk menemukan tempat yang hancur.

"Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada tiang, tidak ada tembok, dan tidak ada pintu, tidak ada apa-apa. Gaza bukan Gaza lagi," katanya.

Baca juga: Ramadan 2024 di Gaza, Warga Gelar Salat Tarawih Tanpa Penerangan di Dekat Reruntuhan Masjid

Penarikan pasukan dari Khan Younis dilakukan ketika Israel menghadapi tekanan internasional luar biasa untuk menghentikan perangnya dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Ancaman Kelaparan

Badan-badan bantuan melaporkan, serangan Israel sejak Oktober lalu telah mendorong Gaza ke ambang kelaparan.

Meski sejumlah bantuan mulai mengalir, kekurangan makanan masih terjadi hingga hari menjelang Lebaran 2024.

Idulfitri di Gaza diperkirakan akan jatuh pada Rabu.

Warga Palestina di Gaza mengatakan, pasokan tambahan masih belum cukup untuk meringankan kondisi yang sulit karena hampir semua penduduk mengungsi.

"Tidak ada cukup makanan. Saya belum menerima kotak kardus bantuan dalam dua bulan. Kemarin, kami mendapatkan satu kotak yang tidak akan cukup untuk saya atau anak-anak saya dan 18 orang lainnya bersama kami," kata seorang warga, Fayez Abdelhadi di kamp pengungsian, dikutip dari Reuters.

Dia mengatakan, pengiriman bantuan juga tidak memiliki persediaan kebersihan dasar seperti sabun dan deterjen.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved