Berita Semarang
Tetap Bersyukur di Tengah Badai Paceklik, Nelayan Rawa Pening Semarang Gelar Upacara Larung
Puluhan nelayan Danau Rawa Pening di Dusun Krajan, Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, mengadakan upacara larungan, Senin (5/2/2024).
Penulis: iwan Arifianto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Puluhan nelayan Danau Rawa Pening di Dusun Krajan, Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, mengadakan upacara larungan, Senin (5/2/2024) malam.
Mereka tetap mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kendati saat ini, mereka tengah dilanda badai paceklik tangkapan ikan.
Mereka bersyukur, Danau Rawa Pening tetap menjadi sumber penghidupan masyarakat.
Di tengah kondisi suram, nelayan tetap menjalankan acara tahunan tersebut secara khidmat.
Sesepuh Desa Asinan dan masyarakat sekitar tetap antusias menghadiri acara larungan yang diawali dengan pembacaan tahlil dan doa bersama.
Acara berikutnya, mempersiapkan barang-barang yang akan dilarung, semisal gunungan yang dibuat dari berbagai macam hasil bumi, semisal buah-buahan, sayuran, dan jajanan pasar.
Baca juga: Populasi Ikan di Rawa Pening Merosot, Nasib Ribuan Nelayan Terancam
Kemudian, acara dilanjut dengan arak-arakan obor dan gunungan menuju pesisir Danau Rawa Pening.
Di pinggiran danau, masyarakat kembali memanjatkan doa.
Setelah pembacaan doa selesai, masyarakat berebut gunungan yang dipercaya mengandung keberkahan.
Tokoh masyarakat di Dusun Krajan, Paryanto mengatakan, upacara larungan ini sebagai bentuk rasa syukur nelayan Rawa Pening atas sumber penghidupan yang di dapatkan dari danau.
Namun, sudah dua tahun para nelayan merasakan paceklik ikan.
Terlebih, dalam dua tahun ini, masyarakat kesulitan mencari ikan.
Hal itu karena eceng gondok dibersihkan menggunakan alat berat, ikan-ikan pada menghilang.
"Semula, satu kali berangkat bisa dapat lima sampai enam kilo ikan. Sekarang, karena ada proyek revitalisasi, mendapatkan lima atau enam ekor ikan saja sudah bersyukur,” katanya, Senin (5/2/2024).
Baca juga: Heboh Air Rawa Pening Lenyap Berubah Jadi Padang Rumput Hijau
Proyek revitalisasi Rawa Pening ternyata tidak hanya berdampak pada perampasan lahan namun juga berdampak pada sumber mata pencaharian dari nelayan.
Nelayan Rawa Pening, Naryo mengatakan, akibat dari sulitnya mencari ikan, banyak nelayan yang beralih pekerjaan.
Saat ini, banyak nelayan yang alih pekerjaan menjadi kuli bangunan.
"Pekerjaan kuli bangunan yang tidak ada jaminan karena hanya sementara, kalau proyeknya selesai, kami sudah tidak punya pekerjaan lain," tuturnya.
Warga Rawa Pening, Joko mengatakan, pemerintah seharusnya mempertimbangkan asas kecermatan dan keadilan dengan tidak merugikan satu pihak.
Seringkali, di tengah masifnya pembangunan, pemerintah mengabaikan dampak yang menimpa masyarakat.
"Masyarakat yang tidak pernah dilibatkan dalam pembangunan justru menjadi pihak yang paling dirugikan atas pembangunan tersebut, hal ini terjadi pada revitalisasi Rawa Pening," paparnya. (*)
Baca juga: Datangi DPRD Banyumas, Warga Lereng Gunung Slamet Minta Proyek Air Bersih Pemalang Diperjelas
Baca juga: Giliran Mantan Pimpinan KPK Soroti Sikap Kenegarawanan Jokowi, Minta Jauhi Konflik Kepentingan
Rutin Nabung Rp10 Ribu Setiap Hari, 36 Pedagang Pasar Projo Ambarawa Semarang Berangkat Umrah Bareng |
![]() |
---|
Sebut Kota Semarang Jadi Incaran Investor, Wali Kota Agustina Dorong Ekonomi Kreatif Lokal |
![]() |
---|
Kematian Mahasiswa Unnes Dinilai Janggal, Dari CCTV Dibawa 4 Pria Berbaju Hitam Naik Mobil Berorator |
![]() |
---|
Viral Konvoi Motor di Jalan Lingkar Ambarawa Semarang Bawa Senjata Tajam, Polisi Buru Pelaku |
![]() |
---|
Terjebak di Kamar Mandi, Seorang Lansia Jadi Korban Tewas Kebakaran di Candisari Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.