Berita Wonosobo
Kisah Maryam Disabilitas di Wonosobo Berjuang Hidupi Dua Anak, Sudah Kenal Dihina
Dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya, ia pun harus berperan sebagai ayah untuk mencari nafkah bagi kedua anaknya
Penulis: Imah Masitoh | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Tanggal 22 Desember menjadi momentum hari bagi para ibu atas perannya sebagai seorang wanita yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga ataupun lingkungan sosial.
Kisah inspiratif datang dari seorang ibu bernama Maryam Ramadani asal Kelurahan Kejiwan Wonosobo.
Ibu dengan dua orang anak ini punya semangat tinggi membesarkan buah hatinya tanpa seorang suami.
Ditambah dengan kebutuhan khusus pada fisiknya, kaki sebelah kanan tidak dapat berfungsi hingga harus menggunakan kursi roda dalam beraktivitas sehari-hari.
Dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya, ia pun harus berperan sebagai ayah untuk mencari nafkah bagi kedua anaknya yang saat ini duduk di bangku kelas 2 SMP dan 2 SD.
Baca juga: Punya Darah Banyumas, Profesor UMP Maklumi Prabowo Berujar Ndasmu Etik : Sangat Cablaka
Disabilitas Sejak Kecil
Ia menceritakan kerasnya hidup menjadi seorang penyandang disabilitas sejak kecil. Rasa minder dirasakannya terlebih saat bersekolah.
"Saya disabilitas dari kecil. Umur satu tahun mulai belajar berjalan, kaki kanan terkena penyakit folio jadi ngga bisa berjalan," ungkapnya kepada tribunjateng.com, Kamis (21/12/2023).
Masa kecilnya mungkin tidak seberuntung anak-anak yang lain. Sedari kecil ia harus mencari pundi-pundi rupiah untuk bisa bersekolah. Ia menceritakan, sepulang sekolah dulu sering bekerja berjualan gorengan, ataupun permak pakaian.
Kondisi tersebut yang membuatnya tidak merasa percaya diri hingga menutup diri dari orang-orang yang mengenalinya. Ia mengatakan, orang disabilitas dulu masih sering dipandang sebelah mata dan belum mendapat perhatian seperti saat ini.
Single Parent Hidupi 2 Orang Anak Seorang Diri
Dunia pernikahan yang dijalaninya agaknya tidak seindah yang dibayangkan. Menikah pada tahun 2008 dan setelah dikaruniai dua orang anak, rumah tangganya diterpa jurang perceraian.
Enggan menceritakan lebih dalam mengenai perceraiannya dengan suami, namun sejak itulah ia mendapat peran ganda menjadi orang tua tunggal bagi kedua putra putrinya.
Masalah pergejolakan batin, drama mengasuh anak, hingga masalah ekonomi pasca perceraian menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi seorang diri.
Fokusnya sejak saat itu hanya tertuju pada masa depan anak-anaknya, untuk bisa bersekolah dan mendidiknya menjadi anak yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.