Berita Jateng

Hasil Penelusuran Satgas Pangan Polda Jateng Soal Harga Beras Mahal: Paceklik di Purwodadi dan Demak

Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polda Jawa Tengah menelusuri penyebab kenaikan harga beras di pasaran.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/SAIFUL MA'SUM
ILUSTRASI. Pekerja sedang mengemas ulang beras di Pasar Baru Kudus sebelum dipasarkan ke konsumen, Senin (6/2/2023). Satgas Pangan Polda Jateng menelusuri penyebab mahalnya harga beras di pasaran, di antaranya dipicu gagal panen di Purwodadi dan Demak. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polda Jawa Tengah menelusuri penyebab kenaikan harga beras di pasaran.

Polisi menilai, ada beberapa faktor pemicu kenaikan harga beras, di antaranya musim paceklik.

Laporan yang diterima Satgas Pangan, ada dua wilayah lumbung padi yang mengalami gagal panen, yakni Purwodadi dan Demak.

"Fenomena El Nino memicu terjadinya kekeringan dan ada beberapa daerah yang gagal panen," papar Wakasatgas Pangan Polda Jawa Tengah AKBP Rosyid Hartanto, Selasa (12/9/2023).

Baca juga: Harga Terus Naik, Pemprov Jateng Klaim Stok Beras Aman Sampai Tiga Bulan ke Depan

Imbas gagal panen di beberapa daerah di Jawa Tengah selama Agustus-September 2023 itu memicu penurunan hasil gabah kering.

Di awal Agustus 2023, panen gabah kering di Jawa Tengah di angka 755.274 ton.

Dalam kurun satu bulan, angka itu turun hampir separuhnya, menjadi 395.415 ton di awal September.

"Ditambah, kebutuhan meningkat sedangkan pasokan berkurang," ucapnya.

Hasil pengecekan harga di tingkat petani, lanjut Rosyid, pihaknya menemukan harga gabah kering giling sudah cukup tinggi, yakni mencapai Rp6.700-Rp7.700 per kg.

Padahal, harga yang di tentukan oleh pemerintah melalui Bulog untuk harga gabah kering yaitu7.000 per kg.

Sedangkan harga jual beras di pasar induk oleh distributor, bertahan di angka Rp12.000-Rp12.500 per kg.

Baca juga: Petani Bawang Merah Brebes Menjerit, Harga Anjlok di Bawah BEP dan Beras

Tingginya harga gabah kering itu memicu kenaikan harga beras di pasaran.

"Kemudian, terkait pengusaha yang langsung membeli dari petani (juga memicu kenaikan harga beras). Karena, kemampuan Bulog untuk menyerap gabah kering dari petani dibatasi pada HET (harga eceran tertinggi) yang di tentukan, yaitu 7.000 per kg," jelasnya.

Kendati begitu, Rosyid memastikan, stok beras hingga akhir tahun aman karena Bulog dan pasar tradisional mendapatkan pasokan beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP).

"Sumber (beras SPHP) impor dari Vietnam," katanya. (*)

Baca juga: Status Kekeringan di Jepara Naik Jadi Tanggap Darurat: Pasokan Air dari IPA di Sejumlah Desa Mandeg

Baca juga: Terbang 5 Menit, ETLE Drone Polda Jateng Tangkap 15 Pelanggaran Lalu Lintas di Ungaran Semarang

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved