Berita Semarang

Pimpinan Ponpes di Semarang Diduga Cabuli Santri di Bunker, Begini Kesaksian Warga

Warga sekitar Pondok Pesantren Hidayatul Hikmah Al Kahfi Kota Semarang tak menyangkap pimpinan pondok tersebut mencabuli santri perempuan.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/IWAN ARIFIANTO
Bangunan dua lantai di permukiman padat penduduk di Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, digunakan sebagai rumah tinggal sekaligus Pondok Pesantren Hidayatul Hikmah Al Kahfi, Kamis (7/9/2023). Pimpinan ponpes, Muh Anwar (46) alias Bayu Aji Anwari, ditangkap polisi atas kasus dugaan percabulan santriwati. 

"Lalu, tanah hasil galian dibawa keluar, sepertinya ke pondok satunya di Rejosari," ucap warga sekitar pondok pesantren, Puji Astuti (43).

Pembangunan bunker tersebut sebenarnya sarat dengan konflik lantaran menyerobot tanah milik warga dekat pondok.

"Tanah yang digali itu milik kakak saya, katanya (Anwar) beli (dari kakak Astuti). Tapi, ya itu, tidak jelas mana surat perjanjiannya," ungkapnya.

Baca juga: Tak Hanya Merudapaksa Santri, Kiai Pimpinan Ponpes di Semarang Juga Bawa Kabur Dana Investasi Jemaah

Persoalan tersebut sempat dilaporkan ke pihak kelurahan dan ketua RT setempat tetapi tak ada respon.

"Sudah dilaporkan ke pihak kelurahan, tidak ada tindak lanjutnya. Begitupun ketua RT yang lama, bukan yang ketua sekarang, tak pernah direspon," bebernya.

Kendati begitu, ruang bawah tanah itu tetap dapat diselesaikan menjadi ruangan kamar.

"Membuatnya lama, ada setahunnan lebih. Kabarnya, ruangan bawah tanah itu bagus, saya sih belum pernah masuk," ujarnya.

Beri Hukuman Fisik

Terkait aktivitas di ponpes itu, Astuti mengatakan, layaknya pondok pesantren lain. Ada aktivitas belajar agama, seperti pengajian, tahlilan, dan lainnya.

Namun, Anwar dikenal sebagai pengajar yang keras dan memberi hukuman fisik kepada santri laki-laki saat mereka melakukan kesalahan.

Astuti mengaku dua kali melihat santri pria kena hukuman jongkok dan disuruh berjalan telanjang.

"Ketika santri laki-laki melakukan kesalahan, disuruh jongkok jalan berapa jam gitu. Pernah juga ada santri anak kecil ditelanjangi, disuruh ambil air di bawah pondok. Pungungnya biru-biru," ucapnya, Kamis.

Menurut Astuti, warga sekitar sebenarnya sudah berusaha mencegah aksi kekerasan tersebut.

Namun, hanya ditanggapi dingin oleh yang bersangkutan.

"Kami sudah berusaha negur," ungkapnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved