Berita Semarang
Berawal dari Tetangga Sukses, Warga Satu Kampung di Pedurungan Semarang Ikutan Jualan Ban dan Velg
kampung tersebut dipenuhi ban dan velg yang tertata rapi dari teras rumah warga hingga lorong-lorong jalan kampung.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: khoirul muzaki
"Saya terhitung orang terakhir di kampung ini mengikuti jualan ban dan velg. Semangatnya Melihat tetangga sukses tentu berpikir yang lain bisa kenapa kita tidak," katanya.
Ia pun mengaku, mulanya bekerja sebagai sopir taksi kemudian memberanikan diri berjualan ban dan velg dalam waktu tiga tahun terakhir.
Bermodal awal hanya Rp700 ribu, ia kini bisa menjadi bos di lapaknya.
"secara penghasilan jauh, dulu saat jadi sopir taksi sehari Rp100 ribu susah, sekarang perbulan bisa omzet sampai Rp7 juta. Paling penting ya bisa kumpul keluarga setiap saat tak perlu capek-capek pulang malam," bebernya.
Ia menyebut, Kampung ban dan velg di Banpres semakin dikenal karena harga dikenal lebih murah dibandingkan di tempat lain.
Terdapat rentang harga Rp500 ribu hingga Rp700 ribu.
Jenis ban dan velg yang ditawarkan juga cukup lengkap baik dari segi harga dan jenis.
Velg dijual dari harga Rp1,5 juta hingga velg variasi harga Rp19 juta.
Ban bekas harga Rp100 ribu sampai Rp500 ribu.
"Keunggulan lain penyambutan pembeli lebih ramah. Harga lebih miring karena para warga berjualan di rumah sendiri," paparnya.
Aktivitas kolektif di bidang ban dan velg tersebut lantas diusulkan oleh kelurahan setempat menjadi kampung velg dan ban.
Namun, hingga kini usulan tersebut belum terealisasi.
"Dulu kampung banpres diusulkan pihak kelurahan menjadi kampung tematik kampung velg dan ban tapi belum berjalan," jelas Nur.
Pemilik lapak Duta One velg dan ban, Allan mengatakan, dari dulu para warga Banpres sudah banyak bergelut dengan dunia ban bekas.
Hanya saja, warga masih sebatas pencari ban bekas lalu dijual ke pengepul.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.