Berita Banyumas

Merawat Tradisi Sambut Ramadan, Masyarakat Adat Banokeling Banyumas Gelar Perlon Unggahan

Menjelang Ramadan, masyarakat adat anak putu Banokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, menggelar Perlon Unggahan, Jumat.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
Warga membakar kambing yang baru saja disembelih dalam bagian prosesi Perlon Unggahan Anak Putu Banokeling, Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jumat (17/3/2023). Prosesi adat yang diikuti ribuan warga ini dilaksanakan menjelang bulan puasa usai ziarah makam. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat adat yang dikenal sebagai anak putu Banokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, menggelar tradisi Perlon Unggahan, Jumat (17/3/2023).

Tahun ini, masyarakat adat Banokeling menyembelih 31 ekor kambing dan 1 sapi yang berasal dari sumbangan anak putu (cucu, Red).

Nantinya, hewan tersebut dimakan bersama-sama usai ziarah makam yang dilaksanakan siang hari ini.

Prosesi adat ini sudah biasa dilakukan sejak ratusan tahun lalu, menjelang bulan Ramadan.

"Prosesi Perlon Unggahan dahulunya merupakan syukuran pascapanen padi, sebelum agama Islam masuk ke daerah setempat," ujar juru bicara sekaligus Kuncen Anak Putu Banokeling, Sumitro (68), kepada Tribunbanyumas.com.

Baca juga: Pantau Coklit Data Pemilih Pemilu 2024, Bawaslu Banyumas Sambangi Desa Adat Banokeling

Sumitro menjelaskan, prosesi adat itu digelar sejak Pekuncen belum menjadi desa.

Awalnya, ada tokoh masyarakat dari daerah Pasir (nama sebuah daerah).

"Di sini, dulu ada namanya puasa among tani."

"Karena di sini masih berupa hutan belantara, diadakan selamatan setiap mau tanam atau panen, namanya Perlon Unggahan."

"Tradisi itu ada sebelum Islam masuk ke tanah Jawa," jelasnya.

Setelah Islam masuk ke daerah setempat, Perlon Unggahan dijadikan prosesi adat menjelang bulan Ramadan.

Ia menjelaskan, para sesepuh yang saat ini masih hidup merupakan keturunan ke-13 Eyang Banokeling.

Adapun yang datang berkunjung di Desa Pekuncen adalah Trah dari Banokeling, yang diyakini berkelana sampai ke daerah Kabupaten Cilacap.

Sampai sekarang, tradisi ini masih tetap dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahun.

Warga anak putu Banokeling saat sedang duduk-duduk di sekitar area makam leluhur mereka menjelang prosesi ziarah, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jumat (17/3/2023). Usai ziarah, mereka makan bersama daging sapi dan kambing yang selesai diolah dalam prosesi Perlon Unggahan.
Warga anak putu Banokeling saat sedang duduk-duduk di sekitar area makam leluhur mereka menjelang prosesi ziarah, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jumat (17/3/2023). Usai ziarah, mereka makan bersama daging sapi dan kambing yang selesai diolah dalam prosesi Perlon Unggahan. (TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI)

Sumtro mengatakan, tradisi ini bertujuan menjaga silaturahim karena digelar secara akbar, melibatkan ribuan orang.

Dalam rangkaian acaranya tersebut, biasanya, satu hari sebelum prosesi Perlon Unggahan, para Anak Putu Banokeling yang berasal dari beberapa wilayah di Kabupaten Cilacap, melakukan prosesi jalan kaki.

Prosesi jalan kaki itu dinamai 'Laku Lampah', yaitu berjalan kaki sejauh kurang lebih 40 kilometer.

Mereka bergotong-royong membawa berbagai hasil bumi.

Sumitro mengatakan makna 'Perlon Unggahan' adalah sebagai umat manusia harus selalu ingat kepada Tuhan.

"Perantaranya, kita ziarah makam."

"Tahun ini, tamu dari Cilacap berkurang, hanya sekitar 500 orang. Kalau dahulu kan sampai seribu lebih."

"Tapi, nanti, kalau ditambah dengan masyarakat sini, ya sekitar dua ribuan," jelasnya.

Baca juga: Kerajinan Sandal Bandol Ban Dodol Banyumas Diminati Hingga Luar Jawa, Bisa Jadi Oleh-oleh

Masyarakat adat Anak Putu Banokeling sendiri akan mulai memasuki bulan puasa pada Jumat Wage atau 24 Maret 2023, pekan depan.

Sementara, Kepala Desa Pekuncen Karso mengatakan, kurang lebih ada seribuan masyakarat setempat yang memegang teguh prosesi Perlon Unggahan setiap tahunnya.

"Mereka adalah anak putu yang saat ini tinggal di sekitar Makam Eyang Banokeling," imbuhnya.

Perhitungan hari melaksanakan Perlon Unggahan, biasa dipastikan di bulan Ruwah atau Sadran pekan terakhir pada hari Jumat, sebelum bulan puasa.

Sementara, hari pasarannya, tidak tentu yang penting adalah hari Jumat terakhir sebelum masuk Ramadan. (*)

Baca juga: Data dan Perkembangan Prestasi Atlet Jateng Kini Bisa Dipantau, Cukup Buka Aplikasi Si Sakti

Baca juga: Mengonsumsi Kuning Telur Dapat Meredakan Asam Lambung. Bagaimana Bisa?

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved