Konflik Rusia Ukraina

Hasil Refrendum: Zaporozhye Ukraina Memutuskan untuk Bersatu dengan Rusia

Penduduk Wilayah Zaporozhye di Ukraina, yang sebagian dikendalikan oleh Moskow, telah memilih untuk melepaskan diri dari negara Ukraina.

Penulis: Andra Prabasari | Editor: Pujiono JS
CNN
Penduduk Wilayah Zaporozhye di Ukraina, yang sebagian dikendalikan oleh Moskow, telah memilih untuk melepaskan diri dari negara itu 

TRIBUNBANYUMAS.COM, MOSKOW- Penduduk Wilayah Zaporozhye di Ukraina, yang sebagian dikendalikan oleh Moskow, telah memilih untuk melepaskan diri dari negara itu dan bergabung dengan Federasi Rusia.

Lebih dari 93 persen pemilih mendukung gagasan untuk berpisah dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia, angka resmi menunjukkan.

Baca juga: Referendum 4 Wilayah Ukraina Berjalan: Tentara Bersenjata Masuk Rumah Warga, 1 Keluarga 1 Hak Suara

Baca juga: Empat Wilayah Ukraina Menyatakan Merdeka, Siap Gelar Referendum Gabung Rusia

Baca juga: Rusia Mulai Ketakutan dengan Serangan dari Ukraina

Data  ini berasal dari hasil referendum yang berlangsung selama lima hari dan berakhir pada Selasa (27/9/22), dilansir dari media asing Ruptly.

Donbass yang sebagiam besar wilayah Zaporozhye direbut oleh militer Rusia di awal kampanye yang yang pecah pada akhir Februari.

Namun, ibu kota wilayah itu, kota Zaporozhye, tetap berada di bawah kendali Ukraina.

Melitopol berfungsi sebagai ibu kota de facto dari bagian yang dikuasai Rusia. Kiev dan pendukung baratnya (NATO)  telah menolak referendum untuk bergabung dengan Rusia, dan menyebutnya sebagai pemugutan sauara “palsu” dan bersumpah tidak menerima hasilnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan penyelesaian referendum akan “membuat mustahil, dalam hal apapun, untuk melanjutkan negosiasi diplomatik” dengan Rusia.

Pada 24 Februari Rusia mengirim pasukan ke Ukraina, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.

Baca juga: Ukraina Unggul dalam Peperangan, Rusia Tawarkan Referendum di Wilayah yang Telah Dikuasai

Baca juga: Presiden Ukraina Kecelakaan, Juru Bicara: Tidak Ada Luka Serius

Baca juga: Dukung Ukraina, Ben Stiller dan Sean Penn Dilarang Berkunjung ke Rusia

Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

ADR

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved