Berita Tegal

Keren! Warga Slawi Tegal Produksi Ecoprint di Kain hingga Tas, Peminat Datang dari Paris

Kreatif dan inovatif, dua kata ini tepat menggambarkan sosok Fica Ariyanti, pemilik Shanum Ecoprint and Craft, Kabupaten Tegal.

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/DESTA LEILA KARTIKA
Pemilik Shanum Ecoprint and Craft Fica Ariyanti menunjukkan kain Ecoprint Rainbow (pelangi) buatannya di rumah produksi di Perumahan Pesona Abadi, Blok E1, Nomor 13, Desa Slawi Kulon, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, belum lama ini. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SLAWI - Kreatif dan inovatif, dua kata ini tepat menggambarkan sosok Fica Ariyanti, pemilik Shanum Ecoprint and Craft, Kabupaten Tegal.

Fica menjadikan produk buatannya tak hanya menarik tetapi juga layak dijual, bahkan hingga ke luar negeri.

Ditemui di rumah produksi miliknya, Fica bercerita, bisnis ecoprint ini lahir dari keinginan menghasilkan uang dari rumah.

Kebetulan, dia melihat tayangan di televisi yang menampilkan kerajinan ecoprint.

Dia kemudian tertarik dan mencari informasi, sekaligus belajar melalui berbagai media, mulai dari video di Youtube maupun artikel yang ditemukan di mesin pencari Google.

Fica juga belajar kepada seorang teman di Bogor, Jawa Barat, yang lebih dulu terjun di dunia ecoprint pada kain sutra.

Baca juga: Profil Bupati Tegal Umi Azizah, Terjun ke Politik Karena Diminta Kiai Tegal untuk Dampingi Ki Enthus

Baca juga: Cerita Warno Warga Kabupaten Tegal Harus Ditandu 3,5 Kilometer Demi Berobat ke Rumah Sakit

Dia belajar pula kepada seorang teman di Solo untuk teknik lain. Pada 2018, dia mulai berani memproduksi.

"Kalau untuk produk, basic saya adalah kain, mulai katun, sutra, dan kanvas. Kemudian, saya aplikasikan ke penjahit."

"Saya juga bekerja sama dengan UMKM lokal untuk memberdayakan mereka," ungkap Fica, belum lama ini.

Dari kain, Fica mengembangkan teknik ecoprint dan mengaplikasikan ke media lain.

Di antaranya, pada tas jinjing, tas ransel, tas kulit, baju, sepatu, topi, syal, dompet, kerudung, bahkan tumbler atau tempat minum.

Dalam proses produksi, Fica dibantu dua karyawan dan dua penjahit.

Fica memproduksi semua itu di rumahnya di Perumahan Pesona Abadi, Blok E1, Nomor 13, Desa Slawi Kulon, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.

Di rumah ini, calon pembeli juga bisa melihat produk-produk ecoprint buatannya.

"Saya terus mengasah kemampuan supaya lebih maksimal, sampai akhirnya mulai menemukan identitas produk ecoprint sendiri, yaitu dengan motif kombinasi beras mawur."

"Mengingat, beras mawur ini merupakan identitas Kabupaten Tegal. Nah, di sini, saya kombinasikan dengan kreasi saya," jelas Fica.

Baca juga: Usaha Ecoprint Ibu-ibu Rumah Tangga Bobosan Banyumas Kembali Bergeliat, Tersedia Kain hingga Kaus

Baca juga: Permintaan Mukena Ecoprint Purbalingga Meningkat Jelang Idulfitri, Dibandrol Rp 350 Ribu-Rp 1,5 Juta

Selain menemukan motif kombinasi beras mawur yang kemudian dijadikan sebagai identitas, Fica juga berhasil menciptakan produk kain Ecoprint Rainbow (pelangi).

Sesuai namanya, dalam satu kain, Fica menggunakan beragam warna. Dipercantik dengan tambahan motif daun keemasan sehingga menambah kesan menarik dan eksklusif.

Untuk memproduksi satu lembar kain ecoprint, Fica membutuhkan waktu sekitar dua pekan.

Proses panjang ini dipengaruhi faktor cuaca dan stok daun yang digunakan.

Waktu terlama, menurut Fica, terjadi pada tahap finishing memperkuat warna agar tidak mudah luntur.

Pada proses ini, dibutuhkan waktu sekitar satu pekan.

"Alhamdulillah, untuk produk kain, banyak peminatnya juga. Terutama, syal, kerudung, dan kaus. Bahkan, sempat menerima pemesanan hingga 200-an buah," katanya.

Terkait pemasaran, Fica memanfaatkan media sosial dan marketplace, di antaranya Facebook, Instagram, dan shopee.

Namun, dia juga memanfaatkan jejaring teman dan komunitas ecoprint.

Baca juga: Sadar Ajaran Khilafatul Muslimin Menyimpang, Tiga Warga Kota Tegal Ucap Setia ke NKRI

Baca juga: Mie Bagi Pecinta Makanan Pedas di Lebaksiu Tegal: Mie Jebier, Harga Mulai Rp 6 Ribu

Hingga akhirnya, karya Fica bisa tembus ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan Paris.

"Alhamdulillah, untuk produk, beberapa waktu lalu dibawa teman ke Paris, karena kebetulan beliau tinggal disana."

"Produk saya dibawa dan di sana ada yang membeli, bahkan pembeli tersebut sampai pesan lagi ke saya."

"Saat itu, produk yang dibawa teman saya, seperti syal sutra, tas punggung atau ransel, dan tas jinjing," terangnya.

Ditanya kesulitan yang dihadapi menggeluti bisnis ecoprint, perempuan 40 tahun ini mengatakan, ketersediaan daun sering menjadi kendala.

Namun, kendala ini biasa ditemui di awal merintis bisnis. Selanjutnya, dia mulai menanam tanaman yang dibutuhkan.

"Harga untuk produk kain, saya patok mulai Rp 350 ribu sampai paling mahal Rp 2,5 juta."

"Sedangkan sepatu, Rp 350 ribu, tas kulit harga antara Rp 1,5 juta, tas ransel Rp 450 ribu."

"Selain itu, di tempat saya, juga ada promo jahit, dengan menambah Rp 50 ribu, kain bisa dibuat menjadi tunik, blus, outer, celana, dan lain-lain," ujarnya. (*)

Baca juga: Sah! Mantan Pelatih Persak Kebumen M Irfan Ditunjuk Jadi Arsitek Persiku Kudus di Liga 3 Indonesia

Baca juga: Pemuda Muhammadiyah Gelar Purbalingga Bermunajat, Muakhor Abdussalam: Semoga Allah Mengijabah

Baca juga: Jadi Calon Tunggal, Kairul Anwar Terpilih secara Aklamasi Pertina Jateng

Baca juga: Bus Rosalia Indah Tujuan Solo Terbakar di Tol Pejagan-Pemalang, Api Muncul dari Kap Mesin Belakang

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved