Mudik Lebaran 2022
Mudik ke Banyumas? Jangan Lupa Beli Oleh-oleh Jenang Jaket, Jajanan dari Beras Ketan
Mudik atau sekadar lewat di Banyumas saat libur Lebaran, tak lengkap rasanya tanpa membawa oleh-oleh dari Kota Satria. Satu di antara, jenang jaket.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Mudik atau sekadar lewat di Banyumas saat libur Lebaran, tak lengkap rasanya tanpa membawa oleh-oleh dari Kota Satria. Satu di antara, jenang jaket.
Namanya cukup unik. Makanan ini terbuat dari gula kelapa.
Jelang Lebaran seperti sekarang, permintaan jenang jaket meningkat, bahkan hingga lima kali lipat.
Bagi masyarakat Banyumas, jenang jaket sudah tak asing lagi.
Makanan ringan ini masuk daftar oleh-oleh khas dari Banyumas, selain keripik tempe dan mendoan.
Baca juga: Lagi Viral di Banyumas, Mendoan Jumbo Ukuran 30x30 Cm. Baru Dimasak saat Pembeli Datang
Baca juga: Satu Lagi Oleh-oleh dari Tegal, Getuk Bakar Buatan Gutella Singkong Keju. Bisa Pilih 4 Taburan
Baca juga: Inilah Moaci Gemini Semarang, Oleh-oleh Legendaris Sejak 1985, Sehari Produksi 100 Ribu Dus
Baca juga: Arus Lalu Lintas Masuk Banyumas Naik 57 Persen, Didominasi Kendaraan dari Luar Kota
Produksi jenang jaket terbanyak ada di Dusun Munggangsari, Desa Lesmana, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
Di desa ini, selain penghasil gula merah, hampir 50 persen warganya sebagai perajin jenang jaket.
Desa Lesmana telah sentra industri rumahan jenang jaket secara turun temurun.
Satu di antara pengusaha jenang jaket adalah Feri M. Dia sudah puluhan tahun membuat jajanan tersebut.
Ia mengikuti jejak sang ayah dan usaha yang digeluti ini terus berkembang hingga menyerap tenaga kerja 20 orang.

Sebagian besar tenaga yang dipekerjakan adalah wanita. Sementara, tenaga kerja laki-laki diperlukan sebagai pengolah.
"Sebelum puasa, produksi jenang sekitar 2 ton per hari. Memasuki puasa dan jelang Lebaran produksi naik menjadi 8-10 ton per hari," jelas Feri, Selasa (26/4/2022).
Selain dijual di pusat oleh-oleh di Banyumas, Feri juga mengirim produksi jenang jaket ke luar daerah, bahkan hingga Karawang dan Bekasi.
"Harapan kami, virus corona benar-benar hilang agar pelaku usaha bisa bangkit serta harga minyak goreng turun karena produksi jenang menggunakan minyak goreng," imbuhnya.
Feri menjelaskan, jenang jaket terbuat dari buah kelapa, beras ketan, gula merah, serta minyak goreng sebagai pelumas saat memasak.
Agar adonan merata, pekerja membutuhkan waktu hingga tiga jam lebih untuk mengaduk adonan sampai berwarna warna kecoklatan.
Baca juga: Bos PSIS Kirim Kode Datangkan Pemain Baru, Ada Maksud di Balik Ucapan Terima Kasih Wallace Costa?
Baca juga: Kantor Imigrasi Semarang Buka Layanan Pembuatan Paspor di MPP Kudus, Diserbu Calon Jemaah Umrah
Baca juga: Basarnas Cilacap Siapkan Personel SAR selama Libur Lebaran. Siaga 21 Hari, 22 April-12 Mei 2022
Baca juga: Siap-siap! Pemudik Masuk Banyumas Bakal Dicek Status Vaksinasinya
Jenang jaket yang sudah matang akan berubah warna kecoklatan dan memiliki tekstur kenyal.
Bentuk jenang jaket ini mirip dodol dari Jawa Barat.
Makanan ini dibuat dari santan kelapa yang dicampur gula jawa.
Sesudah masak, jenang jaket dibungkus plastik dan di bagian kedua ujungnya diikat menggunakan benang.
Bungkus plastik inilah yang disebut sebagai jaket jenang.
Feri mengatakan, permintaan jenang jaket di Lebaran tahun ini meningkat dibanding tahun lalu.
Feri memastikan, jenang jaket buatannya hanya menggunakan bahan asli dan tanpa bahan pengawet.
Selain saat Lebaran, permintaan jenang jaket juga meningkat untuk acara hajatan, semisal sunatan atau pernikahan. (Tribunbanyumas/jti)