Berita Banjarnegara
Harga Kedelai Meroket, Produsen Tempe di Banjarnegara: Kalau Naik Lagi, Tutup
Winarti, satu di antara produsen di sentra produksi tempe Dusun Wanasari Kelurahan Argasoka Banjarnegara sedang galau akhir-akhir ini.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: mamdukh adi priyanto
Bahkan ia mengaku tombok alias rugi karena tetap harus membayar tenaga kerja.
Sementara modal produksi membengkak.
Namun demikian, ia berusaha tetap bertahan sembari berharap harga kedelai kembali stabil.
Alih-alih turun, Winarti bahkan sudah mendengar kabar harga kedelai akan naik lagi menjadi Rp 12 ribu perkilogram.
Jika benar harga naik lagi, ia berencana akan menutup sementara produksi.
Selain dia, ada produsen lain di tempatnya yang juga ingin menutup produksinya.
Ia tak ingin merugi lebih dalam karena harga bahan baku yang tak terjangkau.
"Rencana mau berhenti produksi dulu dua atau tiga hari," katanya.
Baca juga: Tahu Kupat Legendaris Mbah Djawi Asli Banyumas, Tanpa Penyedap Rasa, Pertahankan Resep Awal
Baca juga: Harga Minyak Masih Tinggi, Penjual Getuk Goreng Tak Berani Menaikan Harga Agar Pelanggan Tak Pergi
Nasib Winarti: ibarat habis jatuh tertimpa tangga.
Pandemi sudah membuat usahanya terpuruk.
Permintaan tempe berkurang.
Omset otomatis menurun.
Ia terpaksa menurunkan produksi sekitar 10 kilogram kedelai tiap hari, menjadi sekitar 40 sampai 50 kilogram perhari.
Di tengah usaha yang lesu, ia kini tambah menderita karena kedelai yang menjadi bahan baku utama tempe semakin mahal.
Ia berharap pemerintah membantu meringankan beban produsen tempe dengan menstabilkan harga kedelai.
"Kalau dibilang rugi, jelas rugi. Ini karena (melayani) yang sudah langganan," imbuhnya.(*)
Baca juga: Satpol PP Kota Semarang Segel 109 Lapak di Pasar Johar, 1 Tahun Dibiarkan Nganggur Pedagang
Baca juga: Ganjar Kembali Salurkan Hibah Bidang Pendidikan Keagamaan Sebesar Rp 107,1 Miliar