Berita Pati
Resah Sering Dirazia Polisi, Pengusaha Kereta Kelinci di Pati Sambat ke Dewan
Para pengusaha kereta mini atau kereta kelinci di Pati mendatangi Gedung DPRD setempat, Selasa (25/1/2022).
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, PATI - Para pengusaha kereta mini atau kereta kelinci di Pati mendatangi Gedung DPRD setempat, Selasa (25/1/2022).
Mereka mengadu dan menyatakan keresahan karena sering dirazia polisi dan Dinas Perhubungan saat beroperasi.
Keluhan tersebut disampaikan kepada Komisi D DPRD Pati.
Dalam pertemuan di Ruang Badan Anggaran itu, Komisi D juga menghadirkan Polres Pati dan Dinas Perhubungan.
Susilo (61), perwakilan pengusaha kereta kelinci mengatakan, kedatangan mereka ke gedung wakil rakyat untuk meminta solusi.
"Saya ingin, semua rukun-guyub. Kami bukan menantang aparat, melainkan minta bimbingan, bagaimana agar teman-teman (pengusaha) kereta wisata se-Pati bisa jalan."
"Minta solusi terbaik dari Pemda. Supaya tidak ada kecemburuan sosial dengan angkutan lain," ujar warga Desa Tayu Kulon itu.
Baca juga: Nekat Beroperasi di Jalan Raya Pati, 10 Kereta Kelinci Ditilang
Baca juga: Siswa SMPN 2 Margorejo Pati Buat Minatur Pesawat Aeromodelling, Manfaatkan Waktu Luang saat Pandemi
Baca juga: Akhir Januari 2022, PKL Sudah Bisa Tempati Lapak Alun-alun Kembangjoyo Pati
Baca juga: Polres Pati Dapat Tambahan Amunisi Wujudkan WBBM, KPPN Beri Dua Penghargaan Sekaligus
Susilo mengatakan, di Pati, terdapat 43 kereta wisata mini yang beroperasi. Namun, yang tergabung di paguyuban, hanya separuhnya.
Ia sendiri punya satu unit kereta mini yang beroperasi sejak tahun 2000.
"Jadi, sudah 20 tahun lebih, mulai ada razia baru tahun lalu. Kenapa tidak sejak dulu? (Tapi) baru sekarang. Yang buat, memproduksi, kok didiamkan, sampai melebihi kapasitas," kata dia mempertanyakan.
Susilo menambahkan, pada September 2021 lalu, ia pernah diminta pihak Dinas Perhubungan untuk mendata siapa saja pemilik kereta mini di Pati.
"Kemudian, November, ada sosialisasi di Dishub. Tapi, tidak ada solusi, tidak ada titik temu."
"Selama ini, kami mencoba taat. Lewat kota tidak boleh, kami cari jalan alternatif," ucap dia.
Susilo berharap, pihak berwenang memberi keringanan dan mencarikan solusi supaya mereka masih bisa mencari nafkah lewat pengoperasian kereta wisata mini.