Berita Jateng
Data IDAI, Jateng Sumbang Kasus Kematian Anak Akibat Covid Terbanyak Sepanjang 2020
Jawa Tengah menempati urutan teratas dalam penyumbang kasus kematian anak akibat Covid-19 selama 2020.
TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA - Jawa Tengah menempati urutan teratas dalam penyumbang kasus kematian anak akibat Covid-19 selama 2020.
Data ini diungkap Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berdasarkan studi retrospektif dari data 37.706 kasus anak terkonfirmasi Covid-19.
Data tersebut diperoleh dari laporan kasus Covid-19 pada anak yang dirawat oleh dokter anak yang tergabung dalam IDAI, selama Maret-Desember 2020.
"Penelitian ini adalah gambaran data terbesar pertama kasus Covid-19 anak di Indonesia pada gelombang pertama Covid-19," kata Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Aman B Pulungan dalam keterangan tertulis, Senin (27/9/2021).
"Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tatalaksana yang cepat dan tepat," ujar dia.
Baca juga: Catatan Sementara Ada 112 Anak Terdampak di Purbalingga, Orangtuanya Meninggal Karena Covid-19
Baca juga: Perayaan Hari Anak Nasional Kota Semarang Diwarnai Kabar Duka: 578 Anak Positif Covid, 5 Meninggal
Baca juga: 260 Orang Anak Positif Covid-19 Seusai Ikuti Kegiatan Berkemah
Baca juga: Data Sementara di Kendal: 387 Anak Menjadi Yatim, Ayahnya Meninggal Karena Terpapar Covid-19
Laporan riset IDAI menunjukkan, ada tujuh daerah dengan kasus kematian anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak.
Urutan dari yang terbanyak yaitu Jawa Tengah (25), DKI Jakarta (24), Jawa Barat (22), Sumatera Selatan (18), Jawa Timur (11), Sumatera Utara (11), dan Sulawesi Selatan (11).
Hasil riset juga menunjukkan, terdapat 10 daerah di Indonesia dengan kasus anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak, yakni Jawa Barat (10.903), Riau (3.580), Jawa Tengah (3.108), Sumatera Barat (2.600), Kalimantan Timur (2.033),
Kemudian, Jawa Timur (1.884), Bali (1.524), Sumatera Utara (1.448), DIY (1.275), dan Papua (1.220).
Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat IDAI, Antonius H Pudjiadi mengatakan, tidak meratanya deteksi kasus Covid-19 terjadi karena fasilitas tes PCR dan fasilitas kesehatan yang berbeda.
"Kapasitas testing PCR di Indonesia, saat itu, masih rendah dan anak bukan populasi prioritas untuk tes," ujarnya.
Berdasarkan data tersebut, di antara anak-anak terkonfirmasi Covid-19 yang ditangani oleh dokter anak, angka kematian tertinggi pada anak yaitu pada usia 10-18 tahun (26 persen), diikuti 1-5 tahun (23 persen), 29 hari-kurang dari 12 bulan (23 persen), 0-28 hari (15 persen), dan 6 tahun kurang dari 10 tahun (13 persen).
Kemudian, dari hasil riset tersebut, diperoleh case fatality rate (CFR) Covid-19 pada anak di Indonesia yaitu 522 kematian dari 35.506 kasus suspek (CFR 1,4 persen), dan 177 kematian dari 37.706 kasus terkonfirmasi (CFR 0.46 persen).
Laporan riset tersebut juga menyebutkan, CFR Covid-19 anak di Indonesia ini jauh lebih tinggi dibanding di negara lain, semisal Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.
Ini dimungkinkan terjadi karena kapasitas pemeriksaan (testing) yang rendah sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi.
Di samping itu, laporan juga mengungkapkan penyebab kematian anak akibat Covid-19 terbanyak disebabkan faktor gagal napas, sepsis/syok sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid).
Baca juga: Klaster Sekolah Teratasi, Jepara Siap Gelar PTM Lagi
Baca juga: Wabup Banyumas Minta Pejabat Tolak Gratifikasi: Kalau Terpaksa Harus Terima, Segera Laporkan ke UPG
Baca juga: Cuaca Purbalingga Hari Ini, Senin 27 September 2021: Siang hingga Malam Diperkirakan Berawan
Baca juga: Cuaca Purwokerto Hari Ini, Senin 27 September 2021: Diperkirakan Berawan Sepanjang Hari
Sementara, komorbid terbanyak pada anak Covid-19 yang meninggal adalah malnutrisi dan keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun.
Sementara, ada 62 anak meninggal tanpa komorbid.
Ketua Satuan Tugas COVID-19 IDAI Yogi Prawira mengatakan, faktor penyebab gagal napas dan sepsis/syok sepsis terjadi pada kondisi Covid-19 yang berat, sehingga pemantauan kondisi serta tatalaksana secara dini dan tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya dua kondisi tersebut.
Hasil penelitian IDAI tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah "Frontiers in Pediatrics" yang terbit 23 September 2021 lalu.
Terakhir, IDAI menyampaikan, data Kemenkes pada waktu yang sama, mendapati 77.254 kasus anak terkonfirmasi Covid-19 dari total kasus 671.778, yaitu sekitar 11.5 persen.
Perbedaan jumlah ini terjadi karena di penelitian ini, yang terdata hanyalah kasus yang ditangani dokter anak.
Sedangkan Kemenkes juga memasukkan data dari anak yang tidak bergejala dan hasil telusur kontak. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "IDAI: Jawa Tengah Catat Kasus Kematian Covid-19 pada Anak Terbanyak".