Berita Demak
Merawat Sambatan, Tradisi Gotong-royong Warga di Demak. Kali Ini, Ramai-ramai Pindahkan Rangka Rumah
Tradisi gotong-royong membangun atau memindahkan rumah masih berlangsung di Desa Tamansari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, DEMAK - Tradisi gotong-royong membangun atau memindahkan rumah masih berlangsung di Desa Tamansari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Tradisi tersebut sarat akan nilai kekompakan dan kebersamaan.
Tradisi gotong-royong tersebut, oleh warga setempat, biasa disebut sambatan.
Hanya saja, tradisi memindahkan rumah itu sudah jarang ditemui lantaran lebih banyak warga yang memilih membangun rumah permanen menggunakan material batu bata.
Sementara, tradisi memindahkan rumah, berlangsung untuk rumah berbahan kayu.
Seperti yang terjadi pada Minggu (26/9/2021), puluhan warga di RT 05 RW 03 Desa Tamansari, Kecamatan Mranggen, Demak, memindahkan rumah milik Ahmad Husen.
Baca juga: Tak Menepati Janji Bayar Karaoke, Lelaki Warga Bonang Demak Dihajar Kawannya, Kondisi Lagi Mabuk
Baca juga: Pendatang Baru di Liga 3 Regional Jateng, PSDB United Demak Langsung Pasang Target Lolos ke Liga 2
Baca juga: Segarnya Bermain Air di Watu Lempit, Destinasi Wisata Alam Baru di Mranggen Demak
Baca juga: 35 Ribu KPM di Demak Belum Terima Bantuan, Pemkab: Masih Ada Perbaikan Rekening
Butuh energi ekstra. Sebab, rumah kayu tersebut berukuran lebar sekitar 9 meter dan panjang sekitar 12,5 meter.
Sebelum proses pemindahan berlangsung, warga melakukan doa bersama sebagai bentuk rasa syukur serta memohon kelancaran kepada Tuhan, selama prosesi.
Setelahnya, warga mulai membongkar satu demi satu bagian rumah hingga menyisakan empat soko atau tiang yang berada tepat di bagian tengah rumah dan dua tiang yang berada di masing-masing sisi, lengkap dengan rangka atap yang biasa disebut gunungan.
Bagian itulah yang kemudian diangkat bersama-sama.
Aba-aba dilakukan seorang warga yang telah ditunjuk mengomando proses pengangkatan rumah, supaya kompak.
Kerangka rumah sebesar itu pun akhirnya berhasil dipindahkan hanya dalam waktu 30 menit.
Kerangka itu didirikan di atas pondasi yang telah dibuat.
Setelahnya, warga kembali memasang bagian rumah yang sebelumnya telah dilepas.
Uniknya, tradisi sambatan ini tanpa ada sepeser pun upah yang diberikan pemilik rumah kepada warga yang membantu proses pemindahan.
Baca juga: Warga Poncorejo Gemuh Antusias Divaksin Hantu, Ikuti Program Vaksinasi Covid Polres Kendal
Baca juga: Dinilai Ikut Sekongkol, Tersangka Lelang Arisan Online Salatiga Minta Polisi Turut Menjerat 60 Admin
Baca juga: Wisata Wonosobo Mulai Dibuka, Ratusan Wisatawan Serbu Bukit Sikunir Menunggu Golden Sunrise
Baca juga: Sistem Ganjil Genap Diterapkan, Sejumlah Kendaraan Wisatawan Menuju Baturraden Diputar Balik
Pemilik rumah hanya menyedikan makan, berikut kudapan yang dihidangkan saat para warga beristirahat.
"Ini sudah termasuk adat gotong-royong menunjukkan kerukunan warga," ujar Sya'roni, tokoh masyarakat setempat.
Warga yang datang, katanya, hanya diundang pemilik rumah. Warga juga sudah memahami bahwa kedatangan mereka untuk sambatan, tanpa ada upahnya.
"Ini merupakan kerukunan bersama. Kekompakan warga," kata dia. (*)