Berita Semarang
7 Siswa dan 1 Guru di Kota Semarang Positif Covid, 2 Sekolah Terpaksa Hentikan Sementara PTM
Sebanyak tujuh siswa dan guru di Kota Semarang terpapar Covid-19. Hasil ini didapat dari skrining yang dilakukan Dinkes ke sekolah pelaksana PTM.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Sebanyak tujuh siswa dan guru di Kota Semarang terpapar Covid-19.
Temuan itu diketahui usai Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan skrining deteksi Covid-19 ke sejumlah sekolah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moh Abdul Hakam mengatakan, tujuh kasus tersebut ditemukan di empat sekolah dasar.
Namun demikian, dia memastikan, tidak ada klaster penularan Covid-19 di sekolah yang bersangkutan karena hasil tracing kontak erat menunjukan negatif Covid-19.
Setiap kasus dilakukan tracing, setidaknya 15 kontak erat.
"Tujuh kasus itu dari empat sekolah. Sesuai SOP, kami lakukan tracing. Kami, sifatnya hanya menyampaikan rekom (rekomendasi). Ada dua sekolah yang kemarin, dua pekan, sementara berhenti dulu," papar Hakam, Selasa (21/9/2021).
Baca juga: Rombongan Nakes RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang Kecelakaan, Wali Kota: ASN Harusnya Jadi Contoh
Baca juga: 2 Nakes RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang Masih Dirawat di RS setelah Kecelakaan di Gunungkidul
Baca juga: Tes Seleksi CPNS di Kota Semarang Dimulai, Ibu Hamil Dapat Ruang Khusus
Baca juga: Mesin ATM Minimarket di Gunungpati Semarang Dibobol Maling, Pelaku Masuk Seusai Bobol Tembok
Siswa dan guru yang terpapar Covid-19, sambung Hakam, merupakan orang tanpa gejala.
Setelah dilakukan penelusuran, penularan tidak terjadi di sekolah.
Indek kasus bisa saja terjadi di rumah atau tempat umum yang dikunjungi siswa maupun guru yang terpapar Covid-19.
"Satu sekolah, paling temuan hanya satu atau dua (kasus). Kontak erat kami periksa minimal 15 orang. Hasilnya negatif," tambahnya.
Menurutnya, kasus Covid-19 yang terjadi pada anak SD dimungkinkan karena mereka belum menerima vaksinasi Covid.
Maka dari itu, dia mengimbau, setiap sekolah tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan.
Guru wajib memakai masker saat mengajar. Begitu juga dengan siswa yang mengikuti pembelajaran offline.
"Jangan sampai, mengajar hanya pakai faceshield. Guru wajib pakai masker. Kami minta dengan penuh kesadaran protokol kesehatan ditaati," tegasnya.
Hakam pun menyarankan guru dan siswa dalam kondisi tubuh tidak fit, tidak mengikuti tatap muka.
Hal itu untuk meminimalkan terjadinya penyebaran Covid-19.
Dia juga berharap, ada kejujuran, baik dari siswa maupun guru, apabila merasa kondisi badan sedang tidak baik.
Selain menemukan kasus di sekolah, Dinas Kesehatan juga menemukan satu kasus di pasar.
Baca juga: Harga Telur Ayam di Kudus Anjlok Tinggal Rp 15 Ribu/Kg, Peternak Oplos Pakan agar Tak Merugi
Baca juga: Targetkan Vaksinasi Covid Capai 50 Persen di Akhir September, Ini yang Dilakukan DKK Karanganyar
Baca juga: Satpol PP Banjarnegara Gerebek 2 Rumah Diduga Lokasi Prostitusi Terselubung, Amankan 9 Orang
Baca juga: Ribuan Pelajar Ikuti Vaksinasi Covid di Mapolresta Banyumas, Bagian dari Percepatan PTM
Selama dua pekan, petugas Dinas Kesehatan melakukan skrining secara random di sekolah, pasar tradisional, dan pasar modern.
"Dari 3.500-4.000 spesimen, kami temukan delapan kasus. Tujuh di sekolah, satu di pasar," sebutnya.
Dia menekankan, skrining Covid-19 akan terus dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kasus, mengingat, saat ini, hampir seluruh sektor sudah kembali dibuka.
Sebagian besar masyarakat sudah beraktivitas seperti semula. Sehingga, penularan perlu diwaspadai.
"Kata kuncinya ,lebih baik kita melakukan preventif dari pada ya g tertular banyak, walauphn sifatnya random."
"Skrining akan terus dilakukan. Pekan kemarin di sekolah, pasar, sekarang perkantoran. Ini siklusnya muter terus," terangnya. (*)