Berita Nasional
Krisdayanti Ungkap Gaji Anggota DPR: Tanggal 1 Rp 16 juta, Tanggal 5 Rp 59 juta
Penyanyi yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kris Dayanti (KD) membongkar besaran gaji dan tunjangan yang didapatnya sebagai wakil rakyat.
TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA - Penyanyi yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kris Dayanti (KD) membongkar besaran gaji dan tunjangan yang didapatnya sebagai wakil rakyat.
Tunjangan yang didapat, cair lewat rekening dalam beberapa kali dalam sebulan atau dalam satu tahun.
Hal ini diungkapkan KD dalam tayangan akun Youtube Akbar Faizal Uncensored.
"Setiap tanggal 1 (dapat) Rp 16 juta, tanggal 5 (dapat) Rp 59 juta, kalau enggak salah," kata Krisdayanti dalam video tersebut.
Baca juga: Tjahjo Kumolo Sebut Gaji Menteri Puluhan Juta Gaji DPR Ratusan Juta, Ini Faktanya
Baca juga: Anggota DPRD Kudus Ini Bagikan 250 Paket Sembako ke Warga Terdampak Wabah, Dibeli dari Gaji 2 Bulan
Baca juga: Jadi Anggota DPR, Tingkah Krisdayanti Saat Ikuti Rapat Paripurna Dikritik Netizen: Sempat-Sempatnya
Uang sebesar Rp 16 juta itu merupakan gaji pokok yang diperoleh Krisdayanti.
Kemudian, uang Rp 59 juta lainnya, merupakan uang tunjangan yang diterima setiap bulan.
Krisdayanti kemudian menyebut sejumlah uang yang diperoleh sebagai dana aspirasi dan juga uang kunjungan daerah pemilihan (dapil).
"Dana aspirasi, itu memang wajib untuk kita, namanya uang negara. Dana aspirasi kita itu Rp 450 juta, 5 kali dalam setahun," ujar wanita yang biasa disapa KD ini.
Sementara itu, untuk uang kunjungan dapil, Krisdayanti mendapat uang sekitar Rp 140 juta.
"Saiki kita Rp 140 juta. 8 kali dalam setahun," kata Krisdayanti.
Belakangan, anggota Komisi IX DPR itu meluruskan pernyataannya tersebut.
Ia mengatakan, dana reses yang ia terima tidak masuk ke kantong pribadi tetapi untuk kegiatan menghimpun aspirasi di daerah.
"Dana reses bukanlah merupakan bagian dari pendapatan pribadi anggota DPR RI melainkan dana untuk kegiatan reses, guna menyerap aspirasi rakyat di daerah pemilihan masing-masing," kata Krisdayanti dalam keterangan tertulis, Rabu (15/9/2021).
Ia mengatakan, anggaran tersebut wajib digunakan dalam menjalankan tugasnya menyerap aspirasi rakyat yang kemudian disalurkan anggota DPR dalam bentuk kerja-kerja legislasi, pengawasan, dan anggaran.
Politikus PDI-P itu menuturkan, pada pelaksanaannya di lapangan, dana reses digunakan untuk membiayai berbagai hal teknis dalam kegiatan menyerap aspirasi masyarakat.
"Bentuk kegiatan banyak, juga merupakan usulan dari masyarakat, mulai dari pertemuan biasa masyarakat dengan anggota DPR, sampai kegiatan-kegiatan tertentu yang menjadi kebutuhan masyarakat," kata KD.
"Jadi, dana reses yang berasal dari rakyat ini pada akhirnya kembali lagi ke rakyat dalam berbagai bentuk kegiatan," ujar dia.
Tak sebanding kinerja
Sementara, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus berpandangan, jumlah gaji yang diterima anggota dewan belum sebanding dengan kinerja yang mereka hasilkan.
"Terbongkarnya jumlah pendapatan anggota DPR ini tentu saja membuat kita serasa bermimpi. Bagaimana bisa dengan pendapatan sebesar itu, kinerja DPR selalu buruk?" kata Lucius saat dihubungi, Rabu.
Menurut Lucius, buruknya kinerja DPR tercermin dari sedikitnya rancangan undang-undang (RUU) yang dapat disahkan DPR.
"Bayangkan, betapa tak masuk akalnya dengan pendapatan fantastis anggota DPR itu, selama dua tahun pertama masa jabatan mereka, baru ada 4 RUU Prioritas yang mampu disahkan," ujar Lucius.
Baca juga: Herni Sulasti Dilantik sebagai Sekda Purbalingga, Diminta Fokus APBD dan Buat Mal Pelayanan Publik
Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Kamis 16 September 2021: Rp 1.883.000 Per 2 Gram
Baca juga: Cuaca Purbalingga Hari Ini, Kamis 16 September 2021: Siang hingga Malam Diperkirakan Hujan
Baca juga: Cuaca Purwokerto Hari Ini, Kamis 16 September 2021: Hujan Diperkirakan Turun Sepanjang Siang-Malam
Sementara itu, di bidang anggaran, Lucius menilai, sumbangsih DPR untuk memastikan prioritas bagi rakyat seolah tak terdengar.
Begitu pula di bidang pengawasan. Menurut Lucius, DPR seolah tenggelam di tengah gerak cepat pemerintah.
Ia berpendapat, rendahnya kinerja DPR tersebut juga mencerminkan bahwa hanya sedikit aspirasi masyarakat yang diperjuangkan oleh para wakil rakyat.
"Perjuangan aspirasi paling nyata itu bisa dilihat melalui hasil kinerja. Dengan hasil kinerja yang buruk, kita bisa menyimpulkan bahwa serap aspirasi yang dilakukan anggota dengan sokongan dana luar biasa besar gagal membawa hasil," kata dia.
Sementara itu, kata Lucius, para anggota DPR masih kerap menginginkan fasilitas khusus yang disediakan di luar anggaran untuk pendapatan pribadi tersebut.
"Dengan gaji dan tunjangan fantastis yang diterima anggota, mestinya, tak ada alasan bagi DPR untuk tak produktif ditengah pandemi saat ini dan apalagi di saat situasi normal," ujar Lucius.
Namun, di sisi lain, Lucius mengapresiasi keterbukaan Krisdayanti yang mau membeberkan jumlah uang yang ia terima sebagai anggota dewan.
"Keterbukaan seperti yang dilakukan KD seharusnya menjadi kewajiban bagi semua anggota DPR sebagai bagian dari akuntabilitasnya kepada publik," kata Lucius. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Blak-blakan Krisdayanti soal Gaji Anggota DPR dan Kinerja Dewan yang Dinilai Tak Sepadan".