Penanganan Corona
Tempat Isolasi Pasien Covid-19 Cuma Tersisa 6 Persen, RSUD Salatiga Mulai Manfaatkan Ruang IGD
Direktur RSUD Kota Salatiga, dr Riani Isyana mengatakan, dari total 46 tempat tidur di ruang isolasi khusus pasien Covid-19, telah terisi 91,49 %.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, SALATIGA - Meski tidak terjadi lonjakan kasus penularan virus corona (Covid-19) yang begitu tajam seperti di Kota Kudus, tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Red (BOR) ruang isolasi RSUD Kota Salatiga hampir penuh.
Direktur RSUD Kota Salatiga, dr Riani Isyana mengatakan, dari total 46 tempat tidur di ruang isolasi khusus pasien Covid-19, telah terisi 91,49 persen.
Akhirnya, sebagian ditempatkan di ruang instalasi gawat darurat (IGD).
Baca juga: Wali Kota Salatiga Positif Covid-19, Pemkot Pastikan Layanan Publik Tak Terganggu
Baca juga: Wali Kota Salatiga dan Keluarga Positif Covid-19, Yuliyanto: Doakan Segera Sehat dan Baik
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 Merata di Tiap Kelurahan, DPRD Salatiga Request Pengetatan Protokol Kesehatan
Baca juga: Gubernur Ganjar Pranowo: Kesiapan Penanganan Pasien Covid-19 Bisa Tiru RSPAW Salatiga
"Sampai hari ini keterisian BOR sekira 91,49 persen atau tersisa 6 persen."
"Kemudian antisipasi adanya lonjakan, kami manfaatkan ruang IGD untuk sementara menampung pasien Covid-19," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (15/6/2021).
Menurut dr Riani, pasien berstatus terkonfirmasi positif Covid-19 yang dilakukan perawatan di RSUD Kota Salatiga didominasi warga luar daerah tetangga seperti Kabupaten Semarang, Grobogan, dan Boyolali.
Dia menambahkan, atas terbatasnya ketersediaan BOR ruang isolasi khusus pasien Covid-19 dalam waktu dekat akan ditambah tempat tidur sebanyak 20 bed.
Lalu, pada ruang IGD bakal ditambah sekira 5 bed.
"Awalnya kami akan juga menambah tenda, tetapi kami batalkan."
"Kami sehari dapat menerima 10 pasien dengan gejala Covid-19."
"Kami juga tidak bisa menolak karena begitu sampai pasien sudah dalam kondisi sesak napas, bahkan mereka rata-rata datang sendiri," katanya.
Dia menyatakan, seiring munculnya virus corona varian baru B.117 maupun jenis lain di beberapa daerah, diakui belum terdapat temuan serupa di Kota Salatiga.
Pasalnya, untuk mengetahui virus corona varian baru harus dilakukan tes khusus.
Sedangkan, infrastruktur rumah sakit tidak memiliki alat yang dibutuhkan dan masih bergantung pada penelitian dari perguruan tinggi.
"Kendala kami pada alat tes, yang sudah ada kalau tidak salah kampus UGM Yogyakarta."