Berita Banjarnegara Hari Ini
Mengupas Manisnya Bisnis Pisang Kirana di Banjarnegara, Contoh yang Dirasakan Solihin dan Irhamto
Di kebun pisang kirana Desa Kaliurip, Kecamatan Madukara, sang pemilik, Ahmad Solihin bersama Irhamto, petani asal Dieng tampak semringah.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
Hingga ia memutuskan membabat kebun salaknya, lalu menggantinya dengan bibit pisang kirana.
"Awalnya hanya spekulasi."
"Karena bertani salak sudah tidak menguntungkan," katanya.
Bukan hanya alasan ekonomi, Solihin prihatin kondisi sumber mata air di wilayahnya yang hilang.
Dia menduga kondisi itu karena masifnya tanaman salak yang memiliki karakter mirip sawit, yakni rakus air.
Dengan menanam pisang, ia berharap kondisi tanah di lahannya kembali pulih atau basah kembali.
Petani dari Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Irhamto mengatakan, pihaknya telah menanam sekira 7.000 bibit pisang yang tersebar di sejumlah wilayah atau kecamatan.
Pihaknya tak kebingungan untuk menjual hasil panen meski produk itu belum familiar di Banjarnegara.
Tak perlu jauh-jauh menjual ke luar kota, produk itu ternyata cukup diminati masyarakat lokal.
Nyatanya, produk pisang yang dijual pihaknya mampu terserap pasar lokal.
Irhamto pun semakin optimis usaha ini masih memiliki prospek yang cerah.
"Kami jual langsung, dibawa keliling desa," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (2/6/2021).

Baca juga: Bupati Semarang Minta Ujian Sekolah Digelar Daring, Ngesti: Tatap Muka Hanya bagi Siswa Susah Sinyal
Baca juga: HOAKS: Pendaftaran Vaksinasi bagi Warga Umum Umur 18-59 Tahun, Ini Penjelasan Dinkes Kota Semarang
Dia berkata, usahanya tak semata untuk mengejar keuntungan ekonomi.
Dia prihatin, petani salak akhir-akhir ini kerap merugi karena produktivitas lahan menurun karena umur pohon terlalu tua.
Disamping itu, harga salak juga sering tak bersahabat sehingga membuat petani merugi.