Berita Jawa Tengah
Isnaini Berbagi Cerita Jalankan Puasa di Hongkong, TKI Asal Kendal: Susah Salat Tarawih Berjamaah
Isnaini merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kendal yang kini menetap di Yuen Long, sebuah wilayah di Hongkong.
Penulis: budi susanto | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Menjalani ibadah puasa di luar negeri, dan di tengah pandemi, jadi hal luar biasa yang dialami Isnaini (26) warga Bulak, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal.
Isnaini merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang kini menetap di Yuen Long, sebuah wilayah di Hongkong.
Baca juga: Mau Terbitkan Buku Tapi Terkendala Modal? Coba Hubungi Penerbit Beruang di Pedurungan Semarang Ini
Baca juga: Hanif Dapat Upah Rp 10 Juta Tiap Ambil Sabu di Semarang, Penggerebekan Rumah Pengedar di Kendal
Baca juga: Paling Lambat Akhir April di Kendal, Seribu Guru Disuntik Vaksin, Persiapan Uji Coba PTM Tahap Kedua
Baca juga: Disdikbud Sudah Disiapkan 11 Sekolah Tambahan, Evaluasi Uji Coba PTM Selama Dua Pekan di Kendal
Perbedaan kultur budaya dan pengetatan protokol kesehatan di Hongkong, menjadi pengalaman tersendiri dalam menjalankan ibadah puasa tahun ini.
Menurutnya, hal paling terasa ketika menjalankan ibadah puasa adalah pembatasan yang diberlakukan Pemerintah Hongkong.
"Di sini sangat ketat, kalau sebelum pandemi bisa buka bersama, dan salat tawarih, sekarang tidak bisa."
"Karena untuk berkumpul dibatasi hanya 4 orang," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, melalui sambungan telpon, Sabtu (17/4/2021).
Meski demikian, Isnaini tetap bersyukur, karena dengan mematuhi protokol kesehatan, ia terhindar dari penularan Covid-19.
"Meski diperbolehkan berkumpul tapi hanya 4 orang, itu pun jaga jarak."
"Beda sebelum pandemi, kami bisa berkumpul berbuka puasa bersama orang-orang Indonesia."
"Tapi saya bersyukur, mungkin kalau tidak mematuhi protokol kesehatan sudah tertular Covid-19," ucapnya.
Dilanjutkannya, peraturan Pemerintah Hongkong sangat ketat dan wajib ditaati untuk kebaikan bersama.
"Alhasil kalau biasanya banyak acara pengajian, sekarang tidak diperbolehkan."
"Karena ada potensi berkumpul," jelasnya.
Menyoal menjalankan salat tarawih berjamaah di tengah pandemi, Isnaini mengatakan cukup kesulitan.
"Cukup sulit bagi pekerja yang stay in, atau tinggal bersama majikan di Hongkong untuk menjalankan salat tarawih."
"Apalagi yang jauh dari masjid seperti saya, tapi bagi pekerja yang stay out atau tinggal di kos masih bisa berjamaah," tuturnya.
Wanita 26 tahun yang sudah bekerja di Hongkong selama 4 tahun itu juga menceritakan pengalamannya saat berbuka dan sahur.
"Saat buka biasanya saya masak sedikit banyak, lalu disimpan di kotak makan."
"Jadi saat sahur tinggal dihangatkan di microwave."
"Kalau tidak saya beli makanan untuk buka."
"Biasanya saya beli makanan di toko Indonesia yang ada di sini," paparnya.
Dia menambahkan, beberapa orang di Hongkong sedikit mengerti tentang puasa, dan tidak diperkenankan umat Islam untuk makan dan minum saat menjalankannya.
"Tapi tidak semua bisa bertoleransi karena posisi saya bekerja ikut orang yang mayoritas non muslim."
"Kadang mereka takut kalau saya pingsan atau sakit karena tidak makan dan minum."
"Meski demikian, saya coba jelaskan apa tujuan puasa bagi umat Islam," tambahnya. (Budi Susanto)
Baca juga: Mengintip Sejarah Masjid Tertua di Banyumas, Warga Menyebutnya Saka Tunggal, Dibangun 1288 Masehi
Baca juga: Warga Miskin di Banyumas Dapat Paket Sembako, Diantar Babinsa dan Babinkamtibmas Langsung ke Rumah
Baca juga: Gasak Ponsel dan 2 Tabung Gas dari Sebuah Warung di Banyumas, 2 Warga Purwokerto Timur Ditangkap
Baca juga: Begini Suasana Pasar Takjil di Taman Makam Pahlawan Purwokerto, Bupati: Asal Mereka Patuh Prokes