Berita Kudus
Tak Pernah Dapat BLT, Keluarga Miskin di Bae Kudus Ini Pasrah Tinggal di Rumah yang Hampir Roboh
Kondisi rumah tinggal keluarga Kasmadi (52), yang berada di Desa Gondangmanis RT 04 RW 02, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, sungguh memprihatinkan.
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Kondisi rumah tinggal keluarga Kasmadi (52), yang berada di Desa Gondangmanis RT 04 RW 02, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, sungguh memprihatinkan.
Pria yang tinggal bersama istri, Umiyati (35), dan dua orang anaknya, yakni Aditya Darojatan (14) dan Michaila Sada (8), itu selalu dilanda kekhawatiran.
Umiyati menceritakan, khawatir selalu muncul kala ada hujan angin karena rumahnya sudah hampir tidak memiliki atap.
Sebagian atap rumahnya sudah roboh, dan bahkan masih ada puing-puing yang berserakan di dalam rumah.
Hanya sebagian kecil atap yang masih memiliki genting yang terpasang di atas, sedangkan lainnya sudah berjatuhan.
"Kalau ada angin kencang, saya takut roboh rumahnya," ujar Umiyati saat ditemui di rumahnya, Kamis (15/4/2021).
Baca juga: Bingung Cari Takjil? Yuk, ke Pasar Ramadan di Megawon Kudus. Ada Beragam Makanan Berbuka Puasa
Baca juga: Lagi, Keran Wastafel di Kudus City Walk Hilang Dicuri
Baca juga: Tunggakan Klaim Penanganan Covid Tembus Rp 10 Miliar, RS Aisyiyah Kudus Khawatir Tak Bisa Bayar THR
Baca juga: Belasan Pasangan Tak Resmi Ngamar di Hotel di Kudus, Terjaring Razia Satpol di Hari Pertama Ramadan
Sebenarnya, upaya memperbaiki rumah warisan dari keluarga suami itu sudah dilakukan. Namun, keterbatasan biaya menjadi kendala utama.
Suaminya hanyalah pekerja bangunan yang penghasilannya tidak menentu.
"Penghasilannya nggak menentu, paling sebulan kurang lebih Rp 1 jutaan. Cukup nggak cukup, ya harus cukup," kata dia.
Penghasilan yang tak seberapa itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak ada sisa untuk memperbaiki rumah.
Sehingga, Kasmadi-Umiyati, terpaksa menutup atap yang berlubang menggunakan terpal.
Pada saat hujan, beberapa ember harus ditaruh di beberapa titik lantai untuk menampung air yang menetes.
Rumahnya pun tak pernah kebanjiran saat tampungan air hujan meluber lantaran lantai rumah masih tanah yang mudah menyerap air.
"Kebanjiran nggak pernah, airnya langsung terserap ke tanah," jelas dia.
Kondisi itu membuat keluarganya harus tidur di ruang tamu, karena empat kamar yang ada sudah tidak layak ditempati.
"Harusnya, ada empat kamar. Tapi, karena atapnya rusak, tidak ada yang bisa dipakai untuk tidur. Satu ruangan ini dipakai untuk kamar mandi tanpa atap," ujarnya.
Meski dalam kondisi terbatas, Umiyati mengaku tak pernah merasakan bantuan dari pemerintah. Termasuk, bantuan bagi korban pandemi corona yang sudah berjalan hampir dua tahun.
Selama ini, Umiyati hanya memperoleh bantuan sosial nontunai (BSNT) berupa sembako.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa (DD) sebesar Rp 300 ribu juga tidak pernah dirasakannya.
"Saya nggak pernah dapat BLT, malah yang kerjanya di pabrik pada dapat," ujar dia.
Dia berharap, pemerintah dapat memperhatikannya dan membantu memperbaiki rumahnya yang rusak.
Rumah yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1970-an itu bisa roboh jika tak direnovasi.
"Kalau saya, harapannya, kondisi rumah begini bisa cepat diperbaiki," kata dia.
Baca juga: Cek Gudang Makanan di Banyumas, Polisi dan BPOM Temukan Makanan Kemasan Kedaluwarsa
Baca juga: Gua Diduga Kubur Bilik Batu Zaman Megalitikum di Bondowoso, Ditemukan saat Penggalian Drainase
Baca juga: Ribuan Pil Psikotropika di Plastik Hitam Ditemukan di Area Lapas Brebes, Diduga Dilempar dari Luar
Baca juga: Chelsea dan Real Madrid Lolos Seminfal Liga Champions, Ini Jadwal Pertandingan Leg Pertama dan Kedua
Sementara itu, Kepala Desa Gondangmanis Susanto membenarkan ada warganya yang tinggal di rumah tidak layak huni dan tidak menerima bantuan.
Dia beralasan, keluarga Umiyati belum masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Pihaknya kesulitan mendaftarkan karena belum memperoleh Kartu Keluarga (KK).
"Sewaktu diminta KK, tidak diberi karena yang bersangkutan sulit diajak komunikasi yang baik," ujar dia.
Kendati demikian, pihaknya berencana akan berkoordinasi dengan instansi terkait sehingga keluarga Kasmadi terdata dalam DTKS.
"Nanti, kami akan verifikasi di lapangan dan akan berbicara dengan Kasmadi," ujar dia.
Terkait BLT DD yang juga tak menyasar keluarga Kasmadi, Susanto berkilah, pendataan dilakukan lewat ketua RT.
"Pendataan lewat Ketua RT, saya juga kurang paham kenapa bisa terlewatkan," jelas dia.
Rencananya, pihak desa akan menggelar musyawarah desa (Musdes) agar keluarga itu bisa menerima BLT DD.
"Ya, nanti akan kami bahas dalam Musdes," jelas dia.
Terkait kerusakan rumah, karena keluarga Kasmadi belum terdata dalam program DTKS maka pihaknya akan mengusulkan ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
"Rencana, bersama Baznas dan warga lingkungan RW sekitar akan membantu berupa material bangunan," kata dia. (Raka F Pujangga)