Berita Kebumen
Begini Sensasinya Menaiki Getek Sebrangi Sungai Lukulo Kebumen, Tarif Seikhlasnya
Berpacu dengan arus yang tenang, Sukir menarik berlahan perahunya menggunakan tali dari tepi sungai ke seberang di Sungai Lukulo Kebumen.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KEBUMEN - Di tengah kemajuan teknologi yang berkembang di masyarakat saat ini, moda transportasi tradisional masih bertahan di pegunungan utara Kebumen.
Sabtu (20/3/2021) siang, cuaca wilayah utara Kebumen sedang terang.
Sungai Lukulo yang membelah wilayah itu berarus tenang.
Ini adalah saat yang aman untuk menyeberang.
Baca juga: Bocah Warga Argopeni Kebumen Ini Masih Trauma, Jadi Korban dan Saksikan Keluarganya Diserang Celurit
Baca juga: EN Peroleh Pukulan Bertubi-tubi dari Suaminya di Kebumen, Emosi Lantaran Istri Selingkuh
Baca juga: Pria Pencari Yutuk Hilang Terseret Ombak di Kebumen, Begini Kronologisnya
Baca juga: Sekeluarga di Argopeni Kebumen Jadi Korban Pembacokan Tetangga, Seorang Tewas
Sukir, warga Desa Wonotirto, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen ini mempersilakan beberapa warga untuk menaiki perahu geteknya.
Bukan hanya mengangkut penumpang, barang milik penumpang juga turut diangkut, termasuk sepeda motor.
Berpacu dengan arus yang tenang, Sukir menarik berlahan perahunya menggunakan tali dari tepi sungai ke seberang.
Ini adalah pengalaman pertama sekaligus mengesankan bagi Darwin, warga Desa Kawedusan Kecamatan Kebumen.
Darwin bersama rombongannya yang akan ke desa seberang saat itu memilih menggunakan jasa penyeberangan getek.
Pasalnya, tidak ada jembatan terdekat yang bisa menghubungkannya dari Kecamatan Karangsambung ke wilayah seberang di Kecamatan Karanggayam.
"Ada jembatan, tapi harus memutar sekira 9 kilometer, lebih jauh," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (20/3/2021).
Darwin dan teman-temannya pun tak segan menaikkan motor mereka di perahu getek berbahan bambu.
Air sungai sedikit menggenangi lantai perahu hingga sepatunya basah.
Tapi itu bukan petanda bahaya.
Perahu yang ditarik dengan tenaga manusia itu tetap mengapung dan melaju ke tepi sungai sesuai tujuan.
Alih-alih takut, Darwin dan teman-temannya tampak menikmati sensasi menumpang perahu getek.
Terlebih ini adalah momentum langka yang belum tentu terulang di kemudian hari.
"Tidak takut, bapaknya suka kasih arahan."
"Itu agar perahunya seimbang penumpang posisinya jangan terlalu pinggir," katanya.
Meski tenaganya tua, kulitnya telah berkerut, Sukir masih bertenaga untuk menarik getek dengan penumpang penuh.
Tetapi Darwin dan teman-temannya tak segan membantu menarik getek sampai ke tepi untuk meringankan beban orangtua itu.
Yang membuat Darwin lebih terkesan, Sukir tidak mematok tarif untuk penumpangnya.
Ia mau diberi uang lelah seikhlasnya.
Keberadaan perahu getek itu nyatanya sangat membantu warga yang akan menyeberang.
Mereka bisa menyingkat waktu untuk sampai ke tujuan.
Darwin mengatakan, penyeberangan tradisional itu bukan hanya menghubungkan dua desa lain Desa Kaligending dan Desa Wonotirto.
Namun juga dua kecamatan, yakni Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam.
"Warga kalau mau ke Pasar Karangsambung juga lewat situ, kalau lewat darat memutar jauh," katanya. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Mulai Dikembangkan, Sentra Batik Pekiringan Kabupaten Purbalingga, Kades: Buat Topang Ekonomi Warga
Baca juga: Motor Misterius di Belakang Pasar Tobong Purbalingga, Belum Diketahui Siapa Pemiliknya
Baca juga: Kapolres Blora: Kami Masih Selidi Kasus SMP Merdeka Ngawen, Komputer Hingga Proyektor Dibobol Maling
Baca juga: SMP di Karanganyar Kota Bakal Ditunjuk Jadi Sekolah Percontohan PTM, Masih Tunggu Surat Resmi