Berita Jawa Tengah
Terdampak Cuaca Ekstrem, Harga Gabah Anjlok di Kendal, Akibat Kualitas Menurun
Petani asal Jambearum Kecamatan Patebon, Sunarto mengatakan, para petani padi di Kendal mengalami penurunan produksi gabah pada musim panen kali ini.
Penulis: Saiful Masum | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Harga gabah di Kabupaten Kendal mengalami penurunan setelah terdampak cuaca ekstrem sejak beberapa waktu terakhir.
Anjloknya harga hingga Rp 100 ribu per kuintal gabah itu sangat dirasakan petani.
Bahkan, sebagian petani mengklaim gagal panen setelah tanaman padinya terendam banjir.
Baca juga: Silakan Datang ke Puskesmas, Syarat Cukup Bawa KTP, Vaksinasi Lansia Mulai Dilakukan di Kendal
Baca juga: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Pemkab Kendal Berani Pasang Target PAD Wisata Rp 1,8 Miliar
Baca juga: Harga Cabai Masih Tinggi, Cabai Setan Rp 90 Ribu di Temanggung, Pasar Kaliwungu Kendal Rp 100 Ribu
Baca juga: Pura-pura Jadi Polisi, 2 Warga Semarang Gondol HP dan Emas Remaja di Pelabuhan Kaliwungu Kendal
Petani asal Jambearum Kecamatan Patebon, Sunarto mengatakan, para petani padi di Kendal mengalami penurunan produksi gabah pada musim panen kali ini.
Itu akibat terdampak cuaca hujan ekstrem hingga banjir.
Selain itu, kualitas gabahnya pun kurang bagus dibandingkan hasil panen sebelumnya, sehingga membuat harga gabah di pasaran turun.
"Turunnya produksi panen tanaman padi kali ini karena pengaruh cuaca yang sering turun hujan sampai terkena banjir."
"Tanaman padi milik saya misalnya, juga terdampak banjir."
"Jadi kualitas padi kurang bagus, tidak penuh," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (8/3/2021).
Pedagang gabah di Kecamatan Patebon, Zaeni mengatakan, anjloknya harga gabah dikarenakan kualitasnya yang semakin turun.
Hal tersebut membuat petani padi semakin terpuruk karena hasil jual panen gabah tidak sesuai dari yang diharapkan.
Sementara dalam perawatannya sudah mengeluarkan modal cukup banyak karena harga pupuk sempat mengalami kenaikan.
"Harga gabah bersih per kuintal sekarang hanya Rp 300 ribu."
"Padahal harga normal biasanya di atas Rp 400 ribu per kuintal, produksinya juga menurun."
"Biasanya per hektare bisa keluar 7 ton, paling dengan cuaca seperti ini berkisar 5 ton," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (8/3/2021).
Kondisi ini menambah keterpurukan para petani padi yang berharap pada hasil panenan tanamannya untuk membangkitkan perekonomian keluarga di tengah pandemi Covid-19.
Terpisah, Sekretaris DPP Kabupaten Kendal, Pandu Rapriat Rogojati menjelaskan, dari hasil pendataannya, terdapat beberapa panenan padi yang mengalami puso.
Seperti di Desa Nolokerto, Sumberejo, Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu, dua desa di Kecamatan Rowosari, 4 desa di Patebon, dan 5 kelurahan di Kendal.
"Jumlah lahan pertanian padi yang terdampak puso mencapai 232 hektare," ujarnya.
Katanya, DPP Kabupaten Kendal sudah mengajukan alokasi bantuan benih siap tanam kepada provinsi dan pusat untuk luas lahan sebesar 232 hektare.
Sementara yang saat ini masih bisa panen, bantuan benih akan diajukan pada pengajuan bantuan benih reguler.
"Kendal sudah ajukan benih siap tanam untuk 232 hektare lahan sawah."
"Yang bisa panen akan kita ajukan di bantuan benih reguler nanti," ujarnya. (Saiful Ma'sum)
Baca juga: Harga Gabah Terus Menurun di Karanganyar, Pemerintah Sebut Akibat Faktor Hukum Ekonomi dan Cuaca
Baca juga: Mudahnya Perpanjangan SKCK di Kebumen, Cukup Kirim Foto Lewat WhatsApp, Bayarnya Cuma Rp 30 Ribu
Baca juga: Pemkab Cilacap dan 2 Perusahaan Lanjutkan Kerja Sama Pengolahan Sampah Sistem RDF di TPA Jeruk Legi
Baca juga: Mertua di Sumbang Banyumas Polisikan Menantu, Dilaporkan Setubuhi 2 Anaknya yang Lain di Bawah Umur
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/gabah-kabupaten-kendal.jpg)