Berita Banyumas
Merokok Tingwe Sudah Jadi Gaya Hidup Anak Muda Purwokerto, Berikut Pengakuan Mereka
Gaya merokok tingwe dianggap tradisional dan biasa dilakukan para orangtua di usia lanjut yang masih suka merokok, kini image tersebut terpatahkan.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: deni setiawan
"Ada banyak tembakau dari berbagai daerah, rasanya unik-unik."
"Belum lagi tembakau asli yang diolah supaya menghasilkan aroma buah, vanila, hingga permen karet, ataupun apel," ungkapnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (25/12/2020).
Dia beralih dari rokok biasa ke tingwe karena harga rokok pabrikan yang makin tinggi.
"Karena pemerintah menaikkan tarif cukai, harga rokok jelas naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal," tambahnya.
Menurutnya, bermodal Rp 10 ribu, dia sudah bisa memenuhi kebutuhan rokok untuk seminggu.
Selain harganya murah, tingwe punya kelebihan bisa meracik rokok sesuai selera penyesapnya.
Mulai dari pemilihan kertas, seberapa ukuran lintingan, hingga pilihan menambahkan bahan campuran lainnya sesuai selera.
Diakuinya ritual tingwe memang membutuhkan keahlian tersendiri.
Kalau bisa melinting dengan baik, pengisapnya bakal merasakan kenikmatan yang bisa jadi mengalahkan rasa rokok pabrikan.
"Perbandingan harga cukup jauh, tergantung jenis tembakaunya."
"Pilihannya juga sangat bervariasi," terangnya.
Hantaman pandemi Covid-19 membuat perekonomian sebagian besar orang terdampak.
Selain harga rokok makin mahal, tingwe menjadi solusinya.
"Soal rasa juga jauh lebih bervariasi, meski harus agak sedikit repot sebelum merokok," ungkapnya.
Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro, Lucky Strike, dan banyak rokok internasional lainnya.