Prakiraan Cuaca

Merasa Gerah Beberapa Hari Ini? Menurut BMKG, Ini Penyebabnya

Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan beberapa hari terakhir, wilayah Yogyakarta dan sekitarnya tidak hujan namun berhawa panas

Editor: rika irawati
TRIBUNMANADO/Shutterstock
Ilustrasi gerah. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Beberapa hari terakhir, masyarakat di sejumlah wilayah merasakan hawa panas. Padahal, sejak Oktober lalu, Indonesia memasuki musim penghujan.

Di wilayah Jawa Tengah, kondisi ini dikaitkan dengan aktivitas Gunung Merapi yang siaga. Bahkan, kabar adanya gelombang panas yang tengah melanda Indonesia beredar di grup Whatsapp.

Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan, beberapa hari terakhir, wilayah Yogyakarta dan sekitarnya memang tidak hujan namun hawa panas begitu terasa.

Namun, hal ini bukan karena aktivitas Gunung Merapi.

Dalam beberapa hari terakhir, kondisi cuaca yang cerah membuat tidak ada awan yang menghalangi sinar matahari masuk. Hal inilah yang menyebabkan cuaca terasa gerah dan panas.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini: Hujan Diperkirakan Guyur Purwokerto, Cilacap, dan Purbalingga Malam Ini

Baca juga: Gelombang Tinggi Mulai Mengancam: 5 Kapal Nelayan di Pati Tenggelam, Ditambat di Dermaga Banyutowo

Baca juga: Rasakan Suhu Udara di Jateng Panas Akhir-akhir Ini? Begini Pejelasan BMKG

Selain bukan karena aktivitas Gunung Merapi, Adi mengatakan, cuaca panas di Indonesia juga bukan karena gelombang panas.

"Enggak bakal ada gelombang panas di Indonesia (saat ini)," kata Adi kepada Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Dia menjelaskan, suhu panas akhir-akhir ini di seluruh wilayah Indonesia disebabkan oleh faktor klimatologis.

Secara klimatologis, bulan Oktober dan November adalah periode transisi pergerakan semu matahari dari Equator ke Belahan Bumi Selatan yang mencapai puncak pada 21 Desember di posisi 23,5 Lintang Selatan (Tropic of Capricorn).

Pada November hingga April adalah periode musim hujan di Indonesia, khususnya Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara.

"Pada periode tersebut, juga merupakan periode di mana pergerakan semu matahari bergerak dari equator ke selatan, mulai 21 September - tepat di equator - bergerak ke Lintang Selatan Hingga 23,5 Lintang Selatan pada 21 Desember (puncaknya)," kata Adi.

"Kemudian, bergerak lagi ke arah Ekuator untuk terus berlajut ke lintang Utara," imbuhnya.

Nah, karena fenomena ini, pada periode tersebut, wilayah Indonesia akan mengalami radiasi matahari yang lebih optimal dari bulan-bulan lain.

"Sehingga, kita akan merasakan suhu udara lebih panas dari biasanya," terangnya.

Baca juga: Lewat Google Learning Connection, Siswa SMPN 10 Salatiga Kenalkan Enting-enting Gepuk ke Dunia

Baca juga: Beredar Madu Palsu, BPOM Bagikan Tips Mudah Beli Madu yang Dijamin Keasliannya

Baca juga: Terbukti Reaktif Covid-19 Hasil Tes Rapid, 14 Penyelenggara Pilkada di Blora Tolak Jalani Tes Swab

Baca juga: DPR Bahas RUU Larangan Minuman Beralkohol: Peminum Terancam Dihukum 2 Tahun atau Denda Rp 50 Juta

Adi menjelaskan, hal ini menyebabkan suhu udara di musim hujan ini terasa terik atau panas di siang hari. Namun, pada sore hari terjadi mendung dan segera turun hujan.

"Kalangan meteorologist sering menyebutkan bahwa summernya di Indonesia adalah ketika musim hujan," katanya.

Dia menyampaikan, hal ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap atmosfer di Indonesia, apalagi menyebabkan fenomena gelombang panas. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sedang Musim Hujan, Kenapa Cuaca Indonesia Panas? Ini Penjelasan BMKG".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved