Berita Purbalingga
Cerita Fifiani di Purbalingga, Produk yang Dijualnya Pernah Tak Tersentuh Selama Tiga Bulan
Perlengkapan makan yang dijual di toko pernak pernik milik Fifiani, bahkan tidak tersentuh oleh pembeli selama sekira 3 bulan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan berbagai sektor usaha rakyat, mulai dari tingkat hulu hingga ke hilir.
Ini pun jadi pukulan berat bagi pedagang kecil seperti Fifiani, di kompleks pertokoan pernak-pernik, Jalan Raya Purbalingga-Bobotsari, Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.
Di awal-awal pandemi, selama sekira tiga bulan, ia merasakan beratnya ujian itu.
Baca juga: Dorong Peningkatan Kualitas Gula Pengrajin, Pemkab Purbalingga Fasilitasi Dapur Sehat
Baca juga: Jadi Korban Angin Ribut, 4 Warga Muntang Dapat Bantuan Atap Seng dari Satlantas Polres Purbalingga
Baca juga: Menangis dan Peluk Teman setelah Terpental Disambar Petir, Remaja di Purbalingga Ini Akhirnya Tewas
Baca juga: Retakan Bentuk Tapal Kuda Terlihat di Sirau Purbalingga, Warga Terancam Longsor Diminta Mengungsi
Jalanan yang biasanya ramai lalu lintas kendaraan, seketika sepi.
Padahal, hiruk pikuk jalan raya selalu membawa pesan positif baginya.
Ada harapan, di antara pengendara itu, sudi mampir di tokonya.
Tetapi yang terjadi sebaliknya, jalanan yang sepi karena pandemi membawa alamat buruk baginya.
Omset hariannya menurun drastis hingga sekira 90 persen.
Meski demikian, Fifiani memutuskan bertahan.
Berapapun hasilnya, usahanya harus tetap jalan.
Ia setia membuka tokonya, meski sepi selalu menghampiri.
“Malah pernah sehari cuma dapat Rp 10 ribu."
"Tapi saya tetap buka karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (10/11/2020).
Di antara produknya, yakni perlengkapan makan sebanyak 250 biji, bahkan tidak tersentuh oleh pembeli selama sekira 3 bulan.
Hingga produk berbahan alam itu rusak karena terlalu lama tersimpan.
Maklum, selama beberapa bulan, berbagai aktivitas massa dibatasi.
Acara hajatan ditiadakan atau ditunda.
Padahal, perlengkapan makan dari bambu miliknya paling banyak dipakai untuk berbagai acara hajatan.
Meskipun demikian, lagi-lagi Fifani tetap sabar dan telaten.
Ada awal pandemi pasti ada pengakhirnya.
Benar saja, sehabis Lebaran 2020, atau memasuki era new normal, usahanya kembali bergeliat.
Aktivitas masyarakat dilonggarkan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Jalanan yang mulanya sepi kembali dipadati kendaraan.
Even hajatan yang sempat ditunda kembali digelar.
Ibarat sempat berpuasa, kini Fifiani menikmati berkahnya Lebaran.
Khusus untuk perlengkapan hajatan atau tempat makan dan snack dari bambu, ia bahkan kewalahan melayani permintaan.
“Ini saja yang ada di sini, sudah pesanan orang,” katanya.
Kabid UMKM Dinkop UMKM Kabupaten Purbalingga, Adi Purwanto berkata, para pelaku usaha ikut terpukul karena pandemi.
Tetapi sektor itu relatif mampu bertahan di tengah lesunya pasar karena pandemi.
Ia menilai, para pengusaha mikro sudah terlatih tahan banting sehingga tak gampang patah arang saat bisnisnya melemah.
Mereka juga punya mental wirausaha yang kuat sehingga pandai menciptakan peluang baru agar tetap berpenghasilan.
“Ada yang mendiversifikasi produknya, ia beralih menjual produk lain yang laku di masa pandemi."
"Karena punya naluri untuk jualan, jadi apa yang laku dijual."
"Ada yang ambil produk temannya sendiri untuk dijual lagi,” katanya. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Korban Dapat Petunjuk Siapa Pembobol Rumahnya di Banjarnegara, Bajunya Sedang Dijemur Tetangga
Baca juga: Polres Banjarnegara Siapkan Anjing Pelacak dan Alat SAR untuk Menghadapi Terjadinya Bencana Alam
Baca juga: Pakai Permainan Ular Tangga untuk Edukasi Remaja, PIK Puspa Ceria Banjarnegara Juara 1 Jawa Tengah
Baca juga: Berlaku Mulai Januari 2021, Upah Pekerja di Banjarnegara Minimal Wajib Rp 1.798.979