Membelot, Yeonmi Park Ceritakan Kondisi Memilukan Rakyat di Korea Utara

Yeonmi Park, pembelot Korea Utara yang melarikan diri bersama ibunya pada 2007 lalu, menceritakan pengalaman memilukan yang dia alami.

Editor: rika irawati
INSTAGRAM @yeonmi_park via DAILY MAIL
Yeonmi Park gadis pembelot Korea Utara, kini menjadi aktivis HAM dan penulis buku In Order to Live, A North Korean Girls Journey to Freedom. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Yeonmi Park, pembelot Korea Utara yang melarikan diri bersama ibunya pada 2007 lalu, menceritakan pengalaman memilukan yang dia alami.

Ketika dia tumbuh di Korea Utara, Yeonmi Park tak mengenal konsep cinta atau persahabatan.

Kehidupan sehari-harinya pun kerap melihat orang sekarat di jalan karena kelaparan dan hidup tanpa aliran listrik.

Yeonmi Park merupakan satu dari ratusan pembelot Korea Utara yang melarikan diri ke Amerika Serikat, saat itu dia berusaia 13 tahun.

Mengutip New York Post, sekarang, wanita yang tinggal di Chicago itu telah berusia 26 tahun.

Dalam sebuah wawancara dengan The Post pekan ini, Yeonmi Park mengaku, tumbuh di salah satu negara diktator bagaikan hidup di neraka.

Bukan Koma, Kim Jong Un Diklaim Bersembunyi Menghindari Persoalan yang Mendera Korea Utara

Kedapatan Menarikan Lagu Milik Boyband BTS, Tiga Tentara Korea Utara Dihukum

Pemimpin Korea Utara Kim Joung Un Menghilang Lagi, Seoul: Situasi Tak Biasa

Bagi Kekuasaan dengan Sang Adik, Kim Jong Un Dikabarkan Koma

Yeonmi Park menyebut, situasi itu sebagai Holocaust modern.

"Yang perlu Anda ketahui tentang Korea Utara yakni, (negara ini) tak seperti negara lain seperti Iran atau Kuba," kata Yeonmi Park.

"Di negara-negara itu, Anda memiliki pemahaman bahwa mereka tidak normal, mereka terisolasi dan orang-orangnya tidak aman," tambah Yeonmi Park.

"Tapi Korea Utara telah benar-benar dibersihkan dari seluruh dunia, itu secara harfiah adalah 'Kerajaan Pertapa'," katanya.

Ketika Yeonmi Park tumbuh besar di Korea Utara, dia mengaku tak tahu bahwa dia hidup terisolasi.

Dia bahkan tak tahu bahwa setiap doa yang dia panjatkan, dinaikkan untuk sang Pemimpin Tertinggi Korea Utara.

Ketika Yeonmi Park dan saudara perempuannya masih kecil, mereka diajari bahwa Kim Jong Il dan putranya, Kim Jong Un, merupakan dewa yang memiliki kekuatan untuk membaca pikiran orang.

Dengan doktrin tersebut, warga biasa menjadi begitu takut untuk membicarakan atau berpikir buruk tentang para tiran yang brutal.

Sementara itu, ketika di sekolah, anak-anak diajarkan berhitung menggunakan metrik seperti 'B*ajing*an Amerika' dan dipaksa melakukan 'sesi kritik'.

Dalam sesi kritik tersebut, Yeonmi Park memaparkan, para siswa diajarkan menyerang dan menemukan kesalahan teman satu kelas mereka, merajut ketidakpercayaan dan perpecahan.

"Kami tak punya teman di Korea Utara. Tidak ada konsep tentang teman," terang Yeonmi Park.

Kelaparan dan Kekurangan Pangan

New York Post mewartakan, laporan PBB menyebut, sekira 40 persen dari populasi Korea Utara, lebih dari 10 juta orang menderita kelaparan dan menghadapi kekuarangan pangan.

Paman Kim Jong Un Dikabarkan Ambil Alih Kekuasaan setelah Keponakannya Koma Akibat Operasi Jantung

Gara-gara Seorang Warga Masuk secara Ilegal, Kim Jong Un Tetapkan Status Darurat di Korea Utara

Kim Jong Un Kirim Bantuan ke Kaesong, Wilayah di Korea Utara yang Di-Lockdown Gara-gara Covid-19

Yeonmi Park menggambarkan dia tumbuh besar dengan memakan serangga untuk bertahan hidup.

Kerabatnya, paman dan neneknya meninggal dunia karena kekurangan gizi.

"Anda akan melihat begitu banyak orang sekarat," kata Yeonmi Park.

"Melihat mayat di jalan merupakan sesuatu yang normal bagi kami," tambahnya.

Yeonmi Park mengaku, tak pernah terpikirkan kejadian seperti itu merupakan sesuatu yang tak biasa.

"Saya telah mengunjungi permukiman kumuh di Mumbai, saya telah mengunjungi permukiman kumuh di negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara karena Korea Utara menderita kelaparan," tegas Yeonmi Park.

Menurutnya, kelaparan di Korea Utara sistematis dan disengaja untuk membuat warganya kelaparan.

Lebih jauh, Korea Utara dikenal sebagai negara tertutup yang berjuang dalam menyempurnakan uji nuklirnya.

Meski sempat ditentang Amerika Serikat hingga mendapatkan sanksi nuklir, tampaknya, usaha membuat senjata nuklir itu masih dilanjutkan.

Yeonmi Park juga menyoroti tindakan tersebut, dia mengatakan, Korea Utara bahkan menghabiskan miliaran dolar untuk membuat sistem uji nuklir.

Nella Kharisma Akui Telah Menikah dengan Dory Harsa

Hasilkan Reaksi Merugikan, Uji Coba Calon Vaksin Covid-19 Buatan Oxford Dihentikan Sementara

Siap-siap, Penerima Kartu Prakerja Diumumkan Hari Ini Pukul 12.00

"Jika mereka hanya menghabiskan hanya 20 persen dari apa yang mereka habiskan untuk membuat senjata nuklir, tak ada yang harus mati di Korea Utara karena kelaparan tetapi rezim memilih membuat kita lapar," tambahnya.

Menyeberang ke Tiongkok, Sempat Alami Pelecehan Seksual

Lebih lanjut, Yeonmi Park melarikan diri dengan menyeberang ke Tiongkok melewati Sungai Yalu.

Dia mengatakan, dalam perjalanannya keluar dari Korea Utara, sang ibu diperkosa oleh pedagang manusia.

Yeonmi Park dan sang ibu dijual kepada pria China, pemilik pertama Yeonmi Park membayar kurang dari 300 dolar AS untuknya.

Sebelumnya, saudara perempuan Yeonmi Park sudah terlebih dulu membelot dari Korea Utara.

Ayah Yeonmi Park juga berhasil melintasi perbatasan, tetapi dia kemudian meninggal karena mengidap kanker usus besar.

Dengan bantuan misionaris Kristen, Yeonmi Park dan ibunya melarikan diri ke Mongolia, melintasi Gurun Gobi dan akhirnya mencari perlindungan di Korea Selatan.

Kehidupan Baru Yeonmi Park

Yeonmi Park melanjutkan pendidikannya di Seoul sebelum akhirnya pindah ke New York pada tahun 2014.

Dia mulai berbicara menentang rezim Kim Jong Un, dengan risiko besar terhadap keselamatannya sendiri, mengingat banyak kerabatnya telah menghilang.

"Saya tak tahu apakah mereka telah dieksekusi atau dikirim ke kamp penjara, jadi saya masih belum bebas," katanya.

Seluruh Anggota DPRD Ponorogo Jalani Karantina Mandiri, Gedung Dewan Ditutup

Jakarta Kembali Terapkan PSBB: Kantor Wajib WFH Lagi, Reuni Hingga Acara Kumpul Keluarga Dilarang

Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, 10 September 2020 Rp 1.061.000 Per Gram

"Bahkan setelah saya melalui semua itu untuk bebas, saya tidak bebas menjadi diktator di sana. Jadi itu hal yang sangat emosional bagi saya," terangnya.

Yeonmi Park menjadi aktivis hak asasi manusia dan kini menetap di Chicago, di mana dia tinggal bersama suami dan putranya yang masih kecil.

Terlepas dari kisahnya yang mengerikan, dia bersyukur telah lahir di Korea Utara.

“Jika saya tidak dilahirkan dalam penindasan dan kegelapan total, saya tidak berpikir saya akan melihat terang di sini," ungkapnya.

"Saya pikir orang-orang di sini, mereka tidak melihat cahaya dan hanya melihat kegelapan dan bagi saya saya melihat begitu banyak cahaya, ”katanya.

"Saya merasa sangat bersyukur bisa merasakan sebuah negara yang seperti planet yang berbeda," ucapnya. (Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Pembelot Yeonmi Park Semasa Hidup di Korea Utara: Kerap Lihat Orang Lapar Sekarat di Jalanan. 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved