Berita Pendidikan
Pemerhati Asal Banjarnegara Soroti Perilaku Anak Desa yang Makin Aktif Gunakan Gadget
Sebagian orangtua yang rata-rata bermatapencaharian petani mengeluh karena harus memikirkan biaya pembelian kuota internet anaknya.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Kebijakan pembelajaran daring dianggap solusi agar siswa tetap bisa mengakses pendidikan di tengah masa pandemi Covid-19.
Tetapi di sisi lain, kebijakan itu dikeluhkan sebagian orangtua karena pengeluaran keluarga meningkat.
Masyarakat bawah menjerit karena beban ekonomi mereka bertambah.
Di Desa Pasuruhan, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara misalnya.
• Saluran Irigasi Singomerto Banjarnegara Dibuka Lagi, Tak Lagi Mengering Tapi Muncul Tumpukan Sampah
• Satu Petugas Sensus Mendata Penduduk di 10 RT, BPS Banjarnegara: Mereka Kerja Hingga 30 September
• Warga Bisa Bersedekah Benih Tanaman Keras, Silakan ke Rumah Persemaian Banjarnegara
• Diwacanakan Ada Sekolah Relawan di Banjarnegara, Musngadi: Biar Jadi Bekal Awal Mereka
Sebagian orangtua yang rata-rata bermatapencaharian petani mengeluh karena harus memikirkan biaya pembelian kuota internet anaknya.
Padahal, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka kesulitan.
Sejumlah anak di Dusun 2 desa itu bahkan harus rela jatah jajan hariannya dipotong untuk membeli paket data internet.
Di lain sisi, pembelajaran daring memaksa anak-anak mengakrabi dunia tanpa batas internet.
Anak-anak dan gadget kian tak terpisahkan.
Dunia anak kini telah berubah.
Belajar daring sudah terjadwal dan waktunya terbatas.
Tetapi setelah mereka belajar, anak-anak ternyata enggan melepas smartphone dari genggamannya.
Ada banyak hal yang lebih menarik di ponsel pintar mereka, ketimbang materi pembelajaran yang terbatas.
Semisal game, hingga bermacam tontonan yang belum tentu ramah untuk anak usia sekolah.