Berita Jawa Tengah
Ini Masker Khusus Siswa Tuna Rungu di Wonosobo, Sengaja Transparan Biar Tetap Mudah Berkomunikasi
Kata pengajar di Lembaga Pendidikan Anak Tuna Rungu Dena Upakara Wonosobo itu, anak-anak tuna rungu di sekolah itu terbiasa berkomunikasi dengan oral.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Banyak siswa maupun guru yang merindukan pembelajaran tatap muka kembali diadakan.
Model pembelajaran jarak jauh yang berjalan selama ini karena pandemi nyatanya memiliki banyak kekurangan.
Tetapi melihat situasi pandemi saat ini yang masih mengkhawatirkan, siswa sepertinya masih harus bersabar untuk bisa kembali ke sekolah.
• Jalur Pendakian Menuju Gunung Bismo Wonosobo Ditutup Lagi, Pengelola Basecamp Lakukan Kegiatan Ini
• Ngaku Wartawan Peras Pengelola Wisata di Kejajar Wonosobo, Istri Korban Lakukan Cara Begini
• Ditemukan Bungkus Rokok Berisi Sabtu dan Tembakau Gorilla, Diduga Pesanan Warga Binaan Lapas Tegal
• Sehari Dua Kali Latihan, Kebugaran Fisik Pemain Jadi Fokus Awal Pelatih PSIS Semarang di Kendal
Meksi begitu, banyak sekolah yang tetap mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran tatap muka.
Protokol khusus disiapkan untuk melindungi siswa dan guru dari risiko penularan Covid-19.
Masker jadi hal wajib bagi warga sekolah untuk meminimalisasi risiko penularan Covid 19.
Bagi siswa normal, kebijakan ini tak jadi soal.
Tetapi siapa sangka, di lain sisi, kebijakan ini merepotkan bagi siswa berkebutuhan khusus alias tuna rungu.
"Siswa kami biasa pakai oral untuk komunikasi."
"Jadi kalau bicara dengan orang yang pakai masker, dia tidak paham," kata Anastasia Renanti Mitasari kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (29/8/2020).
Menurut pengajar di Lembaga Pendidikan Anak Tuna Rungu Dena Upakara Wonosobo itu, anak-anak tuna rungu di sekolah itu terbiasa berkomunikasi dengan oral, bukan bahasa isyarat.
Mereka menangkap pesan dengan cara memahami ekspresi bibir orang lain atau lawan bicaranya.
Karenanya, mereka akan kesulitan berkomunikasi dengan orang yang mengenakan masker.
Mereka tidak bisa memahami pesan orang lain karena gerak bibirnya tidak terlihat di balik masker.
Karena itu, saat pembelajaran tatap muka dibuka nanti, pihaknya berusaha agar hak anak untuk mendapat layanan pendidikan terpenuhi.